Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Ekonomi Zona Euro Tumbuh, Pasar Tenaga Kerja Rapuh

Aktivitas ekonomi zona euro tumbuh untuk pertama kalinya dalam lima bulan pada Juli, mempertahankan jalur untuk pemulihan dari kemerosotan akibat pandemi Covid-19.
Ekonomi Eropa./.Bloomberg
Ekonomi Eropa./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas ekonomi zona euro tumbuh untuk pertama kalinya dalam lima bulan pada Juli, mempertahankan jalur untuk pemulihan dari kemerosotan akibat pandemi Covid-19.

Dilansir Bloomberg, Jumat (24/7/2020), Purchasing Managers' Index composite besutan IHS Markit menanjak ke level 54,8 pada Juli 2020, level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, setelah menyentuh 48,5 pada Juni.

Baik aktivitas manufaktur maupun jasa mengalami peningkatan yang solid pada Juli, dengan masing-masing mencapai pertumbuhan tertinggi dalam 23 bulan dan 25 bulan.

Data tersebut lebih baik daripada prediksi para ekonom sekaligus menempatkannya di atas level kunci 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi.

Kendati angka-angka itu menunjukkan bahwa perekonomian zona euro tetap berada di arah yang benar setelah kemerosotan yang menghancurkan pada kuartal kedua, laporan itu juga mengandung tanda-tanda peringatan.

Permintaan tetap relatif lemah terhadap kapasitas dan banyak perusahaan memangkas pekerjaan selama lima bulan berturut-turut. Penurunan payroll khususnya tajam di bidang manufaktur, mendekati yang terburuk sejak 2009.

Maskapai-maskapai penerbangan di seluruh Eropa telah mengumumkan ribuan PHK, sementara perusahaan dari grup fesyen Burberry hingga produsen suku cadang mobil asal Prancis Valeo juga merencanakan pengurangan jumlah karyawan.

Pasar selanjutnya menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi kawasan euro pekan depan yang diperkirakan akan mengalami kontraksi sekitar 12 persen pada kuartal yang berakhir Juni 2020.

Sementara itu, pemulihan ekonomi di masa mendatang kecil kemungkinan akan mulus. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde telah memperingatkan bahwa peningkatan masih dalam tahap awal, dan terlihat "tidak merata" baik antar negara maupun sektor.

Risiko utama adalah pasar tenaga kerja, dengan lesunya permintaan secara terus-menerus yang cenderung meningkatkan pengangguran.

“Meski hasil survei menunjukkan petunjuk pada pemulihan awal berbentuk v, indikator lain seperti hambatan pekerjaan dan ketenagakerjaan memperingatkan risiko penurunan prospek,” tutur Kepala ekonom bisnis di IHS Markit Chris Williamson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper