Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Sentil AS Terkait Pemberian Stimulus Fiskal

IMF meminta AS menambah stimulusnya untuk membantu negara itu terhindar dari tekanan besar pada perekonomiannya akibat pandemi Covid-19
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) meminta Amerika Serikat untuk bertindak cepat dalam mengimplementasikan kebijakan fiskal lain, untuk mempercepat pemulihan dari pandemi Covid-19 di ekonomi terbesar dunia.

"AS memiliki ruang fiskal dan harus dikerahkan dengan cepat untuk mempercepat pemulihan dari kontraksi kuartal kedua, dengan cara meningkatkan jaring pengaman sosial, dan memfasilitasi pemulihan ekonomi AS yang lebih luas," kata IMF dalam pernyataan resminya, seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (18/7/2020).

Pernyataan IMF memperkuat kekhawatiran bahwa berakhirnya beberapa program stimulus di AS dalam beberapa pekan mendatang. Namun dengan masih terus fluktuatifnya angka penularan Covid-19 di negara tersebut, dikhawatirkan dapat mengganggu proses pemulihan ekonomi AS.

Dengan angka pengangguran masih di atas level sebelum pandemi alias tertinggi dalam lebih dari tujuh decade terakhir, perekonomian AS berisiko mengalami pukulan dan tekanan dalam waktu yang panjang. IMF memprediksikan tingkat pengangguran rata-rata AS akan menembus 9,7 persen pada kuartal keempat 2020 atau hampir tiga kali lipat dari capaian pada 2019.

Selain menyarankan adanya penambahan stimulus fiskal, IMF juga melihat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) masih memiliki ruang untuk menambah stimulus dari sisi moneter. Salah satunya dengan mempertahankan suku bunga  mendekati nol hingga angka inflasi naiik di atas 2 persen.

IMF dalam laporannya mencantumkan sejumlah risiko yang dapat dialami oleh AS apabila pandemi Covid-19 mengalami peningkatan di negara tersebut. Risiko itu antara lain peningkatan angka kemiskinan, kenaikan tingkat utang dan inflasi yang terlampau rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper