Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei Global: Kekhawatiran Kehilangan Pekerjaan Ancam Pemulihan Ekonomi

Survei terbaru YouGov di 26 negara yang melibatkan 27.681 responden, menunjukkan konsumen di seluruh dunia prihatin dengan pekerjaan dan anggaran rumah tangga. Mereka juga cenderung berhati-hati dalam membelanjakan atau menginvestasikan uang.
Mencari pekerjaan/rifemagazone.co.uk
Mencari pekerjaan/rifemagazone.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi virus corona membuat dunia menjadi tidak aman secara finansial, menimbulkan ancaman terhadap ekonomi global yang dilanda resesi jika masyarakat lebih memilih menabung daripada membelanjakan uang.

Dilansir Bloomberg, Senin (13/7/2020), survei terbaru YouGov di 26 negara yang melibatkan 27.681 responden, menunjukkan konsumen di seluruh dunia prihatin dengan pekerjaan dan anggaran rumah tangga. Mereka juga cenderung berhati-hati dalam membelanjakan atau menginvestasikan uang.

Hal ini menunjukkan bahwa tanda-tanda pemulihan yang dikutip oleh sejumlah pembuat kebijakan sebagai alasan optimisme akan membutuhkan waktu untuk membuat orang kembali ke toko, bandara, atau restoran.

Keamanan pekerjaan adalah masalah utama bagi banyak orang. Lebih dari 30 persen responden merasa kurang aman dalam pekerjaan daripada sebulan yang lalu. Sementara sekitar setengah dari responden masih mengurangi pengeluaran yang tidak penting.

Sebagai tanda kehati-hatian lebih lanjut, minat warga Amerika Serikat untuk menabung akan meningkat sekitar tiga kali lipat, sedangkan di Inggris angkanya naik empat kali lipat.

Kekhawatiran terhadap pekerjaan yang meningkat menyusul pengangguran yang meningkat pada kuartal kedua tahun ini. Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO memperkirakan pasar tenaga kerja kehilangan 400 juta pekerjaan penuh waktu karena kebijakan lockdown.

Menurut survei pemulihan ekonomi Yougov, kekhawatiran itu tetap ada meskipun pembatasan pergerakan telah berkurang secara signifikan. Di AS, yang mengalami peningkatan kasus virus, kekhawatiran meningkat lagi, dengan 23 persen merasa kurang aman tentang pekerjaan mereka dibandingkan dengan 18 persen dua minggu lalu.

Kekhawatiran itu diterjemahkan menjadi kehati-hatian menghabiskan uang. Ditanya apa yang akan mereka lakukan jika menerima uang dalam jumlah besar, responden cenderung memilih untuk menyimpannya. Tiga puluh tujuh persen responden AS mengatakan mereka menabung versus 13 persen yang akan menghabiskan. Rasio di Inggis bahkan lebih mencolok, yakni 58 persen versus 13 persen. Angkanya hampir serupa di seluruh dunia, dengan lebih dari 40 persen memilih untuk menabung di Australia, India, Prancis, Indonesia, Norwegia, dan Kanada.

Sebagian kecil akan berinvestasi di pasar saham. Sementara itu di semua negara, sekitar satu dari empat rumah tangga telah menggunakan tabungan di masa krisis ini, sementara lebih dari 10 persen telah mengambil lebih banyak utang.

Namun, dengan ketakutan akan kehilangan pekerjaan orang-orang lebih suka mengurangi pengeluaran daripada meregangkan keuangan terlalu banyak.

Menurut jajak pendapat itu, proporsi secara aktif mengurangi pengeluaran yang tidak penting jauh lebih tinggi daripada mereka yang mengandalkan tabungan untuk menutupi biaya. Pangsa ini agak menurun selama pandemi, tetapi rata-rata di semua negara masih mendekati 50 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper