Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarik Buruh Migran ke Kota, Perusahaan di India Tawarkan Insentif

Sejumlah perusahaan menjanjikan insentif seperti, tiket perjalanan gratis, tempat tinggal, hingga makanan kepada pekerja mereka yang kembali ke kampung halaman. Sementara sebagian perusahaan lain merekrut orang-orang baru dari lokasi terdekat. Ada pula yang melakukan keduanya.
Para pekerja migran dan keluarganya menaiki bus di tengah lockdown yang diberlakukan pemerintah di New Delhi, India, Sabtu (28/3/2020)./Bloomberg-Anindito Mukherjeen
Para pekerja migran dan keluarganya menaiki bus di tengah lockdown yang diberlakukan pemerintah di New Delhi, India, Sabtu (28/3/2020)./Bloomberg-Anindito Mukherjeen

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan-perusahaan di India kini menawarkan sejumlah insentif untuk menarik pekerja kembali ke kota. Eksodus besar-besaran para pekerja terjadi di negara tersebut usai lockdown terbesar di dunia yang memaksa perusahaan-perusahaan meninjau kembali kebijakan perburuhan masing-masing.

Sejumlah perusahaan menjanjikan insentif seperti, tiket perjalanan gratis, tempat tinggal, hingga makanan kepada pekerja mereka yang kembali ke kampung halaman. Sementara sebagian perusahaan lain merekrut orang-orang baru dari lokasi terdekat. Ada pula yang melakukan keduanya.

"Kami telah menawarkan makanan dan insentif lain untuk merayu mereka kembali ke lokasi," kata V.V. Benugopal, manajer Linfox Logistics India Ltd., sebuah unit dari Linfox Group Australia, dilansir Bloomberg, Senin (6/7/2020).

Selain itu, perusahaan juga sedang menggerakkan tenaga kerja baru untuk mengurangi potensi keterlambatan pengembalian tenaga kerja migran dan mengatur bus untuk transportasi pekerja.

Sebelumnya, India berusaha menghentikan migrasi tenaga kerja pada pekan-pekan awal penerapan lockdown. Namun, pekerja berupah harian mulai kembali ke pedesaan setelah kehabisan makanan dan uang di kota.

Pemandangan para pekerja dan keluarga yang berjalan bermil-mil dari kota ke desa karena transportasi umum dihentikan, memaksa Perdana Menteri Narendra Modi untuk memfasilitasi kepulangan mereka. Kemudian, administrasi negara mengizinkan bisnis untuk dibuka kembali setelah proyeksi ekonomi menunjukkan kinerja terburuk dalam beberapa dekade.

Hasilnya adalah kekurangan tenaga kerja. Kondisi ini menambah tantangan bagi perusahaan dan menaikkan biaya ketika para pekerja enggan kembali ke kota karena telah menerima insentif dari pemerintah.

"Kekurangan tenaga kerja telah mempengaruhi proyek-proyek konstruksi yang akan sedikit menunda penyelesaian," kata Rajan Bandelkar, Presiden Unit Dewan Pengembangan Real Estat Nasional Maharashtra.

Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman pada Maret lalu mengumumkan makanan gratis, bahan bakar dan transfer uang tunai kepada para pekerja dan petani, selain menyediakan pekerjaan bagi kaum miskin di daerah pedesaan, selama tiga bulan. Modi minggu lalu memperpanjang program makanan gratis hingga November.

Saat ini, upaya perusahaan untuk mengembalikan pekerja tampaknya membuahkan beberapa hasil. Layanan kereta api Indian Railways ke berbagai kota dari Uttar Pradesh dan Bihar, tempat tinggal bagi sebagian besar populasi pekerja migran, telah berjalan penuh.

Menurut data dari Pusat Pemantauan Ekonomi India, tingkat pengangguran India turun menjadi 11 persen pada Juni setelah melambung di atas 23 persen dalam dua bulan sebelumnya. Direktur Pelaksana perusahaan riset Mahesh Vyas mengatakan, sebagian karena kembalinya beberapa pekerja setelah pabrik dibuka kembali, dan sebagian lain karena pemerintah meningkatkan pengeluaran untuk program pekerjaannya.

Pekerja mendapat bayaran 202 rupee (US$2,71) per hari di bawah program pedesaan dan setidaknya 100 hari kerja dalam setahuntelah dijamin. Pemerintah Modi meningkatkan alokasi tahun ini sebesar 400 miliar rupee.

"Saya memiliki lebih dari 500 buruh migran yang bekerja di berbagai pabrik. Saya bersedia menawarkan makanan dan insentif lain untuk mereka yang ingin kembali," kata M.K. Hamsa, pendiri perusahaan Southern Plywood Group di negara bagian Kerala, salah satu pusat manufaktur kayu lapis terbesar di Asia.

Sementara itu, di luar biaya insentif untuk mengembalikan pekerja, pengusaha juga masih harus dibebani anggaran yang berkaitan dengan protokol kesehatan. Dampaknya sangat parah pada beberapa perusahaan sehingga mereka harus menurunkan skala rencana bisnis mereka.

"Semua buruh migran meninggalkan fasilitas perbaikan kapal internasional kami," kata Jose V.J., Direktur Keuangan di Cochin Shipyard Ltd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper