Bisnis.com, JAKARTA - Kantor Staf Presiden mengatakan ada dua tahapan yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, yakni perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional. Tahapan kedua dilakukan apabila pandemi sudah mulai dapat dikendalikan.
Deputi III Kantor Staf Presiden Panutan Sakti Sulendra Kusuma mengatakan bahwa dalam skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terkoreksi negatif 0,4 persen. Artinya, jumlah orang miskin akan bertambah sebanyak 3,78 juta orang dan pengangguran akan bertambah sebanyak 5,23 juta orang.
“Kita tak ingin skenario terberat itu terjadi. Ada beberapa perhitungan yang dampaknya cukup serius,” kata Panutan dalam program Podcast dari gedung Bina Graha, Kamis (7/7/2020).
Menurut Panutan, program ekonomi nasional untuk perlindungan sosial mendapat alokasi sekitar Rp204 triliun. Dana tersebut mencakup beberapa hal.
Pertama, perluasan program PKH (Program Keluarga Harapan), dari 9,2 juta KPM (Keluarga Penerima Manfaat) menjadi 10 juta dengan nilai Rp37,4 triliun. Kedua, perluasan program kartu sembako dari 15,2 juta KPM menjadi 20 juta, dengan nilai per bulan naik dari Rp150.000 menjadi Rp200.000.
Ketiga, program bantuan langsung tunai dana desa nilainya Rp 31,8 triliun. Keempat, insentif listrik bebas bayar untuk kelas 450 KVA dan diskon 50 persen untuk kelas 900 KVA dengan nilai Rp 6,9 triliun.
Baca Juga
Adapun terkait penanganan Covid-19, pemerintah menerapkan tiga strategi utama. Pertama, penanganan sektor kesehatan. Kedua, perlindungan sosial untuk menahan daya beli masyarakat.
“Program pemulihan ekonomi nasional juga menjadi strategi utama selanjutnya,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa APBD dan APBN menjadi kunci utama untuk memicu pergerakan roda ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, Jokowi berulang kali menitipkan kepada para kepala daerah dan juga seluruh kementerian dan lembaga untuk segera belanja modal dan belanja barang.
Presiden Jokowi juga sebelumnya menyatakan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis kesehatan sekaligus ekonomi.
Menurut Presiden, kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, tetapi juga dialami oleh 215 negara lainnya mengalami hal yang sama.
“Saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya agar memiliki perasaan yang sama bahwa kita ini sedang menghadapi sebuah krisis kesehatan sekaligus ekonomi. perasaannya harus sama, jangan sampai ada yang memiliki perasaan bahwa kita masih normal-normal saja,” kata Jokowi saat melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur, Kamis (25/6/2020).
Jokowi juga mengingatkan bahwa wabah virus Corona ini menjadi masalah yang serius dan telah berdampak pada berbagai sektor, khususnya ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel