Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jutaan Pekerja Migran Enggan Kembali ke Kota, Industri India Terancam Lumpuh

Pekerja migran enggan kembali karena adanya kekhawatiran penyebaran virus Covid-19.
Warga di India berjalan sambil menggunakan masker pelindung/Bloomberg-Prashanth Vishwanathan
Warga di India berjalan sambil menggunakan masker pelindung/Bloomberg-Prashanth Vishwanathan

Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 10 juta pekerja migran India keluar dari kota-kota besar mulai Maret hingga Mei sebagai dampak dari lockdown terbesar di dunia itu.

Kini ketika ekonomi perlahan dibuka kembali, efek dari relokasi besar-besaran itu bergolak di seluruh negeri. Industri perkotaan tidak memiliki pekerja yang cukup untuk mengembalikan kapasitas produksi.

Selain itu, macetnya aliran remitansi dari kota ke desa dikhawatirkan akan memperparah kondisi kemiskinan dan menekan kas negara.

Sementara itu, pekerja migran tidak diharapkan untuk kembali ke kota selama virus menyebar dan pekerjaan tidak pasti. Pemerintah negara bagian sedang meluncurkan program-program stimulus, tetapi ekonomi India tengah menghadapi ancaman kontraksi pertamanya dalam lebih dari 40 tahun. Tanpa pekerjaan yang cukup, iklim politik yang bergejolak menjadi semakin parah.

"Ini akan menjadi guncangan ekonomi yang besar, terutama bagi rumah tangga migran jangka pendek, yang cenderung berasal dari latar belakang rentan dan kasta rendah," kata pendiri India Migration Now Varun Aggarwal, dilansir Bloomberg, Senin (29/6/2020).

Pekerja migran yang dimaksud adalah pekerja migran internal. Pekerja migran internal adalah mereka yang bekerja di dalam negeri yang hanya berpindah tempat tinggal tetapi tidak dengan dokumen kependudukan. 

Menurut Rishi Gupta, Kepala Eksekutif Fino Paytech Ltd. yang berbasis di Mumbai, dalam 15 hari pertama penutupan India, pengiriman uang domestik turun 90 persen.

Pada akhir Mei, pengiriman uang kembali ke sekitar 1.750 rupee (US$23), sekitar setengah dari rata-rata sebelum. Gupta tidak yakin seberapa cepat kondisi akan pulih sepenuhnya.

"Migran tidak terburu-buru untuk kembali. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak berpikir untuk kembali sama sekali," katanya.

Jika pekerja tinggal di negara bagian dalam jangka panjang, ada banyak hal yang dikhawatirkan selain turunnya pengiriman uang. Seandainya konsumsi turun dan surplus tenaga kerja baru mendorong upah turun, akan ada guncangan tingkat kedua bagi ekonomi lokal.

India mengumumkan paket stimulus US$277 miliar pada Mei dan menindaklanjutinya dengan program US$7 miliar yang bertujuan menciptakan lapangan kerja selama 125 hari bagi para migran di desa-desa di 116 distrik. Secara terpisah, otoritas setempat juga mencari solusi.

Para pejabat di Bihar telah mengidentifikasi 2.500 hektar tanah yang dapat disediakan bagi para investor, kata Sushil Modi, wakil kepala menteri Bihar, sebuah negara bagian di India timur.

"Kita bisa menggunakan krisis ini sebagai peluang untuk mempercepat reformasi," katanya.

Tidak jelas apakah program tersebut nantinya akan berjalan dan berdampak pada pekerjaan. Namun para pembela hak-hak pejabat dan pekerja melihat peluang. Uttar Pradesh telah mendirikan penghubung untuk mendorong perusahaan dari AS, Jepang, dan Korea Selatan untuk mendirikan pabrik di negara bagian itu.

Di sana dan di Madhya Pradesh dan Rajasthan, pemerintah telah membuat undang-undang ketenagakerjaan lebih ramah kepada pengusaha, memungkinkan lebih mudah untuk merekrut dan memecat pekerja.

Sushil Modi mengatakan migrasi besar-besaran akibat lockdown juga dapat memberi pekerja kekuatan baru karena kini tenaganya sangat dibutuhkan industri untuk menggerakkan ekonomi.

"Di masa mendatang, tenaga kerja akan muncul sebagai kekuatan yang tidak bisa diabaikan lagi. Itu normal baru. Kami akan mencari cara untuk memastikan martabat, hak-hak orang-orang kami yang akan bekerja di negara bagian lain," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper