Bisnis.com, JAKARTA –Untuk mengantisipasi gelombang kedua pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia, pemerintah siap melakukan perubahan.
Dalam menghadapi ketidakpastian pandemi Covid-19 pemerintah akan banyak melakukan perubahan sebagai respon cepat tanggap terutama jika terjadi gelombang kedua dari virus ini.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio N. Kacaribu tak menampik sejumlah prediksi sudah menyebut pada kuartal II/2020 pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terjun di angka minus.
Hal ini bisa diramalkan karena pada kuartal I/2020 saja perekonomian Indonesia jauh di bawah 5 persen dari angka rata-rata pada umumnya. Padahal pembatasan sosial berskala besar baru dimulai pertengahan Maret 2020 tetapi cukup banyak menggerus pertumbuhan ekonomi.
Febrio menyebutkan tidak ada jaminan akan berhentinya pandemi ini. Apalagi, pandemi Covid-19 memberi dampak fenomena ekonomi yang sebelumnya tidak terprediksi dalam kajian ilmu ekonomi. Alhasil perlu ada strategi kebijakan yang dinamis bagi pemerintah untuk meminimalisir dampak negatif bagi ekonomi nasional.
“Saat ini sudah terlihat pemerintah berani ambil langkah taktis untuk merestrukturisasi APBN, defisit pun diperlebar sampai 6,34 persen. Ini harus dilihat sebagai cara untuk siap mengubah kebijakan kapanpun. Karena tidak ada prediksi kapan pandemi ini berhenti, apalagi jika ada second wave,” ujar Febrio dalam sesi Diskusi Publik Agar Program Pemulihan Ekonomi Nasional Tepat Sasaran, Sabtu (27/6/2020).
Secara rinci, Febrio menyatakan hasil pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 ini akan dievaluasi lagi untuk bisa melihat efektivitas atas sejumlah kebijakan yang sudah diambil dalam tiga bulan terakhir.
Strategi kebijakan yang receptive dan cepat kerja ini akan mengeliminasi kebijakan yang tidak efektif dan mendorong kebijakan yang efektif bagi pemulihan ekonomi nasional. Febrio menyebut pemerintah akan menelusuri sejumlah sektor utama penopang perekonomian nasional yang melambat sebagai prioritas pemulihan.
Dia menegaskan selain second wave Covid-19, ada beberapa risiko ketidakpastian lain yang masih menjadi pantauan pemerintah yakni tensi geopolitik internasional termasuk antara AS dan China, serta tensi politik domestik dan social interest di AS sendiri jelang Pemilu 2020.
Asal tahu saja, berdasarkan APBN 2020, sebelum Covid-19 proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini seharusnya 5,3 persen. Akibat Covid-19, proyeksi pertumbuhan ekonomi berada pada dua prediksi 1 persen sebagai skenario berat dan -0,4 persen sebagai skenario sangat berat.
Adapun proyeksi angka kemiskinan sekitar 3,02 juta kini menjadi 5,71 juta orang dalam skenario sangat berat. Setelah pandemi, pengangguran awalnya dalam skenario 4,03 juta orang, dan skenario sangat berat menjadi 5,23 juta orang.