Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TRAPAN: Indonesia Seharusnya Bisa Manfaatkan Perang Dagang AS-China

Anggota DPR periode 2014-2019 dari Dapil Sumut III itu berpendapat bahwa kepentingan AS di China yang terhambat karena perang dagang, harus bisa digantikan oleh Indonesia.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan momentum perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China terutama kalau terjadi relokasi industri ke luar negara itu.

Demikian dikemukakan oleh Ketua Umum  lembaga Transpransi, Reformasi, Aparatur, Pengawasan, Aset Negara (TRAPAN), Anthon Sihombing menanggapi fenomena dalam dunia perdagangan internasional tersebut, Kamis (25/6/2020).

Anggota DPR periode 2014-2019 dari Dapil Sumut III itu berpendapat bahwa kepentingan AS di China yang terhambat karena perang dagang, harus bisa digantikan oleh Indonesia.   

“Industri-industri AS yang berada di Tiongkok  (China) yang  direncanakan akan direlokasi ke luar Tiongkok, harus bisa ‘digarap’  oleh Indonesia. Indonesia bisa memainkan ‘catur dagang’ untuk menekan Tiongkok agar mau berinvestasi di Indonesia,” katanya.

Selama ini, kata Anthon,  ekspor bahan baku (raw material) ke China  yang dikeruk dari bumi Indonesia tidak memiliki nilai tambah, sehingga tidak dapat memengaruhi neraca perdagangan  ke arah yang positif.

Karena itu, Indonesia punya kesempatan untuk ‘memaksa’ Tiongkok mengimpor barang setengah jadi, atau barang jadi dari Indonesia,” katanya. Kalau hal itu bisa dilakukan, Anthon percaya ekspor Indonesia memiliki nilai tambah dibandingkan dengan hanya mengekspor bahan baku. 

Perang dagang AS-China telah berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global, yang tentunya Indonesia termasuk di dalamnya, katanya. 

Perlambatan itu kian diperparah oleh pandemi Covid-19, karena AS sebagai kekuatan ekonomi utama dunia menjadi negara yang paling menderita akibat wabah tersebut.

Politisi senior Partai Golkar itu mengakui perang dagang antara kedua negara tersebut semakin panas setelah diawali dengan perang tarif impor. 

“Perang dagang ini bukan lagi hanya terkait dengan urusan dagang, melainkan  sudah masuk dalam ranah kedaulatan negara. Supremasi militer dan pertahan kedua negara semakin ditonjolkan untuk menguji kekuatan masing-masing,” ujar Anthon.

Dia menambahkan  bahwa hampir tidak ada negara di dunia yang diuntungkan bila eskalasi “perang” AS-China  semakin tajam.

Karena itulah, ujar Anthon, dalam kondisi objektif seperti itu Indonesia tidak bisa larut mengikuti  suasana, tetapi harus menghindari peperangan yang lebih keras, namun  mengutamakan diplomasi.

Indonesia tidak bisa berpangku tangan, menanti hubungan AS-China pulih kembali agar terhindar dari kemerosotan pertumbuhan ekonomi, katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper