Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-Gara Simbol Nazi, Facebook Copot Iklan Kampanye Trump

Salah satu iklan tersebut menunjukkan gambar segitiga merah terbalik yang identik dengan simbol partai politik Jerman pada masa Perang Dunia, Nazi.
Stiker dengan logo Facebook terlihat dalam konferensi F8 yang digelar Facebook di San Jose, California, AS, Selasa (30/4/2019)./Reuters-Stephen Lam
Stiker dengan logo Facebook terlihat dalam konferensi F8 yang digelar Facebook di San Jose, California, AS, Selasa (30/4/2019)./Reuters-Stephen Lam

Bisnis.com, JAKARTA – Facebook menghapus serangkaian iklan dan unggahan yang dibagikan oleh tim kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump karena dinilai mengandung unsur kebencian.

Salah satu iklan tersebut menunjukkan gambar segitiga merah terbalik yang identik dengan simbol partai politik Jerman pada masa Perang Dunia, Nazi.

“Nazi menggunakan segitiga merah untuk mengidentifikasi korban-korban politik mereka di kamp-kamp konsentrasi,” menurut twit yang dituliskan CEO organisasi internasional Anti-Defamation League (ADL) Jonathan Greenblatt.

“Kampanye @POTUS perlu mempelajari sejarahnya, karena ketidaktahuan bukan alasan untuk menggunakan simbol yang terkait dengan Nazi," tambahnya, seperti dilansir melalui Bloomberg, Jumat (19/6/2020).

Seorang juru bicara Facebook mengonfirmasi bahwa sejumlah iklan dan unggahan telah dihapus.

"Kami menghapus unggahan dan iklan tersebut karena melanggar kebijakan kami soal kebencian yang terorganisir,” tuturnya.

Sementara itu, tim kampanye Trump berdalih bahwa mereka menggunakan segitiga merah untuk menandai keterkaitan dengan Antifa, sebuah kelompok anti-fasis.

“Gambar ini tidak termasuk dalam basis data simbol kebencian yang disusun ADL,” kata Direktur Komunikasi untuk kampanye ini, Tim Murtaugh.

Namun, klaim mereka bahwa Antifa terlibat dalam aksi protes baru-baru ini melawan rasisme dan kebrutalan polisi sebagian besar tidak terbukti, demikian pula klaim tentang hubungan kelompok itu dengan simbol tersebut.

Baik Facebook maupun sang CEO, Mark Zuckerberg, telah dikritik karena membiarkan kandidat-kandidat politik berbohong dalam iklan-iklan mereka di jejaring sosial, tetapi mengambil tindakan untuk iklan-iklan yang dipandang melanggar kebijakan.

Raksasa jejaring sosial ini mendapat tekanan kuat dari kelompok-kelompok hak asasi manusia termasuk ADL karena memungkinkan retorika yang keras dan penuh kebencian berkembang di situsnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper