Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Pengangguran di Hong Kong Melesat Jadi 5,9 Persen

Mengutip Bloomberg, Selasa (16/5/2020), tingkat pengangguran di Hong Kong melonjak menjadi 5,9 persen pada Maret-Mei tahun ini. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan estimasi Bloomberg sebesar 5,5 persen.
Pemandangan Hong Kong pada malam hari./Bloomberg-Brent Lewin
Pemandangan Hong Kong pada malam hari./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - Angka pengangguran Hong Kong pada Mei 2020 melesat ke level selama 15 tahun, akibat pandemi Covid-19 dan demonstrasi pro-demokrasi. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (16/5/2020), tingkat pengangguran di kota ini melonjak menjadi 5,9 persen pada Maret-Mei tahun ini. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan estimasi Bloomberg sebesar 5,5 persen.

Adapun, angka ini merupakan yang tertinggi sejak April 2005 ketika Hong Kong masih berada dalam tahap pemulihan setelah pandemi SARS. Capaian kali ini juga melampui tingkat pengangguran setelah krisis finansial pada Agustus 2009 sebesar 5,5 persen.

Tingkat pengangguran di Hong Kong terus menunjukkan tren kenaikan, meski beberapa indikator ekonomi lainnya mengindikasikan adanya prospek pemulihan ekonomi cukup cerah.

Indeks manufaktur IHS Markit naik menjadi 43,9 pada Mei 2020, setelah konsisten berada di bawah 40 selama tiga bulan berturut-turut. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh mulai dilonggarkannya restriksi virus Corona dan kebijakan stimulus pemerintah yang mulai menunjukkan efeknya.

Sentimen pebisnis mikro menunjukkan pemulihan pada Mei tahun ini, atau naik menjadi 41,9. Tak jauh berbeda, sentimen riteler juga tumbuh ke level tertinggi sejak 2018.

Ketika Hong Kong mulai sukses mengatasi pandemi Covid-19 pada Mei lalu dengan jumlah kasus baru di bawah 1.100, demonstrasi pro demokrasi kembali meramaikan jalanan dan memanaskan situasi politik di kota itu.

Tensi politik di Hong Kong memanas setelah Beijing mengesahkan rencananya memberlakukan Undang-undang Keamanan Nasional. Sebagai balasan atas aksi Bejing, Amerika Serikat bahkan mengancam tidak akan mengakui status otonom Hong Kong dan akan menghapus status keistimewaan kota ini yang telah dinikmati ketika bermitra dengan AS.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper