Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Online Selamatkan Marks & Spencer dari Skenario Bisnis Terburuk

Marks & Spencer Group Plc mengatakan perusahaan mampu keluar dari skenario terburuk yang telah diperkirakan akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
Ilustrasi - Suasana di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Ilustrasi - Suasana di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Marks & Spencer Group Plc mengatakan perusahaan mampu keluar dari skenario terburuk yang telah diperkirakan akibat pandemi virus corona atau Covid-19.

Ketika wabah menyebar, peritel asal Inggris ini memperkirakan dalam skenario terburuk bahwa penjualan produk pakaian dan rumah tangga akan turun 70 persen dalam empat bulan hingga Juli 2020. Sementara itu, bisnis makanan diperkirakan anjlok 20 persen.

Namun, perusahaan mencatat penurunan sejauh ini secara keseluruhan penurunan lebih dapat terkontrol karena dorongan dari penjualan online dan di toko makanan yang tetap terbuka selama lockdown.

M&S bereaksi dengan cepat terhadap pandemi ini dengan membatalkan pesanan pakaian sekitar 100 juta pound (US$122 juta). Perusahaan juga membatalkan pembayaran dividen tahun 2019 dan diperkirakan juga tidak akan membayar dividen di tahun ini.

Peritel ini telah berusaha untuk membalik kondisi setidaknya selama dekade terakhir. Strategi yang diluncurkan pada tahun 2016 menargetkan untuk menutup sekitar 100 toko, menghasilkan lebih dari sepertiga dari pendapatannya secara online, dan menggandakan bisnis makanannya dalam lima tahun. Tahun lalu, M&S mengakuisisi 50 persen saham dari toko bahan pokok online online Ocado Group Plc.

M&S mengatakan rencana untuk lini bisnis makanannya untuk menggantikan penjualan Waitrose mulai September sudah sesuai rencana. Perusahaan juga berencana untuk mulai menjual pakaian di Ocado.com dalam upaya untuk meningkatkan bisnis pakaian.

“Pandemi telah memberi kesempatan perusahaan untuk mempercepat upaya memutar haluan usaha dengan sejarah perubahan budaya yang lambat,” kata Chief Executive Officer Steve Rowe, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (20/5/2020). 

“Perusahaan telah membubarkan banyak kelompok kerja, komite, dan mengelaborasi proses manajemen demi tim yang lebih kecil yang dapat membuat keputusan lebih cepat,” katanya.

Tujuan strategis yang lebih luas seperti mengurangi cakupan desain pakaiannya dan bekerja dengan pemasok yang lebih kecil juga telah dipercepat oleh krisis pandemi ini. M&S tengah melakukan negosiasi ulang sewa, tetapi Rowe mengatakan tidak ada perubahan dalam rencananya untuk menutup sebanyak 120 toko.

Meskipun penjualan produk pakaian dan rumah tangga turun 75 persen dalam enam pekan hingga 9 Mei, penjualan makanan turun hanya 8,8 persen. Bisnis pakaian sudah mulai pulih, dengan penjualan online produk pakaian dan rumah tangga naik 20 persen dalam tiga minggu terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper