Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ridwan Kamil: Hasil PSBB di Jabar Menggembirakan

Di Jawa Barat, sebelum PSBB kasus Covid-19 harian sebanyak 40 kasus per hari, sementara di akhir PSBB sudah turun berkisar 21-24 kasus per hari.
Gubernur Jawa Barat./Bisnis-Wisnu Wage Pamungkas
Gubernur Jawa Barat./Bisnis-Wisnu Wage Pamungkas

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menggembirakan dengan penurunan kasus virus corona (Covid-19) harian.

Emil sapaan akrab Ridwan Kamil mengatakan, sebelum PSBB kasus Covid-19 harian sebanyak 40 kasus per hari, sementara di akhir PSBB sudah turun berkisar 21-24 kasus per hari.

“Kemudian juga sebelum PSBB, itu ada peningkatan terhadap pasien di rumah sakit, setelah PSBB kami turun dari akhir April 430-an sekarang 350-an pasien,” tuturnya, Sabtu (16/5/2020).

Terkait tingkat kematian, Emil yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat mengatakan sebelum PSBB tingkat kematian 7 orang per hari. Adapun, setelah PSBB menjadi 4 orang per hari.

“Kemudian ada kenaikan kesembuhan hampir dua kali lipat,” tambahnya.

Menurutnya, benteng pertama mencegah penyebaran virus corona adalah PSBB dan pelarangan mudik. Nantinya, setelah PSBB dievaluasi, Pemprov Jabar akan memutuskan untuk melanjutkan PSBB ataupun melakukan relaksasi.

“Kami akan membuat keputusan, mana yang akan lanjut, mana yang akan relaksasi, mana yang kembali normal pada saat terbukti tidak ada pergerakan virus,” ujarnya.

Untuk memastikan pencegahan penyebaran virus corona terjadi, Jawa Barat punya tiga stategi yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Emil mengatakan dalam menanggulangi Covid 19 di Jabar kita disiplin dalam tiga strategi yakni pencegahan, strategi pelacakan dan pengetesan, dan perawatan.

Menurutnya, di benteng pencegahan Pemprov Jabar melakukan PSBB, melakukan larangan mudik, social distsncing dan sebagainya. Di sisi pelacakan Pemprov Jabar melakukan tes masif sebanyak-banyaknya mendekati 0,6 persen jumlah penduduk.

"Maka modal kita adalah kedisiplinan. Sebelum vaksin ditemukan untuk pengobatan, strategi kita hanya bisa melakukan untuk pencegahan," tutur Emil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper