Bisnis.com, JAKARTA – Bank of China Ltd., menghadapi kritik publik dan pengawasan regulasi atas merosotnya nilai produk investasi terkait minyak berjangka.
Bank terbesar keempat di China diperkirakan menanggung sebagian dari kerugian yang diderita oleh klien ritelnya senilai sekitar US$1 miliar, menurut sumber yang mengetahui persoalan ini.
Sumber tersebut juga mengatakan bahwa Bank of China tengah melakukan perundingan dengan regulator karena tidak mencari alternatif lain lain atas kerugian yang melebihi margin investor. Regulator lebih mendorong bank untuk menanggung sebagian kerugian, namun keputusan ini belum final.
Ribuan investor ritel di seluruh China menghadapi kerugian yang mencapai 7 miliar yuan (US$1 miliar) setelah harga produk "Crude Oil Treasure" jatuh di bawah bawah nol, menyusul jatuhnya minyak mentah West Texas Intermediate pada 20 April menjadi minus US$37,63 per barel.
Ratusan memprotes penanganan bank tersebut atas rollover kontrak dan menuntutnya untuk menanggung sebagian dari kerugian tersebut.
Bank sentral dan regulator perbankan China belum memberikan komentar.
Baca Juga
Keluhan Wajar
Bank of China mengatakan dalam sebuah pernyataan pad aRabu malam bahwa pihaknya "secara aktif" mencari solusi untuk menangani keluhan dan tuntutan "wajar" klien, dan akan melakukan yang terbaik untuk melindungi hak-hak mereka dan mengambil tanggung jawab sosial.
Sementara itu, bank telah mengirim permintaan resmi kepada CME Group Inc. untuk menyelidiki alasan di balik volatilitas harga minyak berjangka yang tidak normal dalam pada 21 April, menurut pernyataan itu.
Jefferies Financial Group Inc. memperkirakan bahwa kerugian Bank of China mencapai 4 miliar hingga 10 miliar yuan ketika memperhitungkan potensi biaya hukum. Jumlah tersebut setara sekitar 1,6 persen hingga 4 persen dari laba sebelum pajak bank, analis Chen Shujin menulis dalam sebuah catatan pada hari Selasa.
Gejolak ini semakin menarik perhatian ke industri produk investasi China yang nilainya mencapai US$3 triliun, yang berinvestasi dalam segala hal mulai dari obligasi dan saham hingga devisa dan komoditas. Produk ini telah menjadi pondasi utama dari sistem shadow-banking yang sebagian besar ada di luar neraca bank.
Bailout parsial juga menggarisbawahi tantangan bagi regulator yang telah mencoba untuk menghilangkan jaminan yang ditawarkan oleh bank dan untuk menanamkan kesadaran risiko di antara jutaan investor ritel. Ketika produk-produk pengelolaan kekayaan tengah berupaya memenuhi target return di China, kreditor yang mendistribusikannya menanggung shortfall yang terjadi untuk melindungi reputasi dan menjaga stabilitas sosial.
Kendaraan investasi ini menawarkan investor ritel China akses ke minyak berjangka WTI tanpa membuka rekening di luar negeri dan dipatok pada harga flat kontrak bulan depan dan diselesaikan dalam yuan China. Dibutuhkan margin 100 persen dan tidak memungkinkan leverage apa pun. Namun, harga minus yang belum pernah terjadi sebelumnya menghapus banyak margin investor dan justru meningkatkan hutang kepada bank.
Ledakan itu juga memaksa bank-bank lain untuk menangguhkan penjualan produk-produk serupa yang memungkinkan para investor untuk berspekulasi terhadap perubahan dalam komoditas.
Industrial & Commercial Bank of China Ltd. menghentikan sementara pembukaan posisi baru dalam produk-produk yang terkait tidak hanya dengan minyak, tetapi juga dengan gas alam, dan kedelai mulai 28 April.
Sementara itu, China Construction Bank Corp dan Bank of Communications Co. juga menangguhkan pembukaan posisi baru pada produk terkait WTI untuk investor perorangan.