Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejumput Kisah Tauke dan Petani Gambir yang Terbelenggu Corona

Para tauke terpaksa membeli gambir dengan harga yang cukup rendah dari petani.
Komoditas gambir dijemur di pekarangan./Antara-Akmal Saputra
Komoditas gambir dijemur di pekarangan./Antara-Akmal Saputra

Bisnis.com, SARILAMAK — Gambir produksi petani di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, menumpuk di gudang milik para tauke komoditas tersebut akibat terhambatnya ekspor ke India karena dampak pandemi Covid-19.

Salah seorang tauke gambir di Kabupaten Limapuluh Kota Sepdi Tito menyebutkan bahwa saat ini ada 1.000 ton gambir menumpuk di gudang miliknya.

"Meskipun gambir sudah menumpuk di gudang, saya masih membeli ke petani karena kasihan petani jika tidak memiliki penghasilan," katanya, Selasa (28/4/2020).

Para tauke lain juga kondisinya sama seperti Sepdi. Gambir menumpuk gudang.

Oleh karena banyaknya gambir di gudang, pihaknya hanya mengkhususkan pembelian dari anggota tetap. Hal itu karena pertimbangan membantu kehidupan petani gambir pada saat pandemi Covid-19.

"Sebenarnya lebih aman kalau tidak dibeli lagi dari petani untuk sementara waktu ini sebab kondisi ini belum jelas sampai kapan, tapi kalau tidak dibeli kasihan petaninya," ujar Sepdi.

Namun, tuturnya, jika kondisi ini masih berlanjut dengan waktu yang lama tentunya belum dapat dipastikan bahwa pihaknya masih dapat membeli hasil dari petani gambir.

"Keuangan para tauke juga menipis. Siapa yang masih ada uang masih membeli, kalau yang sudah tidak ada kemungkinan tidak membeli."

Apalagi ada kepastian lockdown di India berakhir, ekspor gambir bisa kembali normal.

"Ekonomi dari India tentu tidak dapat dipastikan setelah lockdown. Apa masih mengimpor gambir atau tidak," sebutnya.

Dengan tidak jelasnya pemasaran gambir ke India, para tauke terpaksa membeli gambir dengan harga yang cukup rendah dari petani, bahkan ada yang harus membeli dengan harga Rp13.000 hingga Rp14.000 per kilogram.

"Kalau kering bisa dibeli Rp18.000, tapi kalau yang basah paling rendah Rp13.000. Dengan harga ini tentu hanya bisa untuk penghidupan sehari-hari mereka," ujarnya.

Ketika dihubungi secara terpisah, salah seorang petani gambir asal Simpang Kapuak, Kecamatan Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota Ide mengatakan bahwa rendahnya harga gambir saat ini membuat pendapatannya berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Karena dengan harga gambir seperti sekarang, penghasilan 1 minggu itu hanya Rp280.000 sampai Rp300.000 sebab rata-rata saya hanya menghasilkan 20 kilogram setiap minggu," tuturnya.

Terlebih, pada saat Ramadan ini kebutuhan meningkat, belum lagi kebutuhan Lebaran yang akan datang. "Kalau seperti ini, kami petani gambir tidak dapat ikut Lebaran sepertinya," kata Ide.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Zufrizal
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper