Produk Lokal
Pandemi Covid-19 membuka mata bahwa kita masih mengimpor sejumlah alat medis/laboratorium seperti ventilator, mesin PCR dan reagennya, meski saat ini mulai memproduksi ventilator lokal.
Bila reagen diimpor dari China, Jepang, Jerman, Korea Selatan, maka kini Indonesia mencoba membuat alat tes diagnostik berbasis RT-PCR.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonogoro menuturkan alat tes itu diperkirakan selesai dalam waktu dekat.
PCR yang dikembangkan berbasis pada transmisi virus lokal sehingga berbeda dengan alat diagnostik yang didatangkan dari luar negeri yang berbasis pada karakteristik virus imported case.
Memang ini masih dalam tahap uji coba, dan diharap segera dapat sertifikat dari Kemenkes untuk segera diproduksi dalam jumlah besar agar dapat dipakai.
PT Bio Farma (Persero) akan memproduksi reagen tersebut. Research Coordinator Divisi Riset PT Bio Farma Dicky mengungkapkan, kapasitas produksi reagen di Bio Farma mencapai 50.000 test kit per minggu, dan bisa ditingkatkan hingga 100.000 test kit per minggu bila dibutuhkan.
“Sebenarnya dari Bio Farma kita dengan kapasitas terpasang per hari bisa sampai 300 box atau setara 50.000 test kit dalam satu minggu, atau (bila dibutuhkan) maksimal malah kita bisa sampai 15.000 test dalam satu hari, atau setara hampir 100.000 test kit seminggu itu sebenarnya bisa kita penuhi,” kata Dicky, Jumat (24/4/2020).
Akan tetapi, proses produksi terkendala oleh kedatangan bahan baku, karena negara-negara di dunia tengah berebut bahan baku reagen. Bila bahan baku ada pekan depan, akan diproduksi 100.000 test kit reagen dan akan dapat disebarkan ke seluruh Indonesia paling cepat pada pertengahan Mei 2020.
Produk 100.000 perdana ini merupakan proyek nasional yang digagas BPPT dan komponen bangsa lain yang bersama-sama akan didonasikan untuk disebar ke seluruh Indonesia secara gratis.