Bisnis.com, JAKARTA – Seorang pejabat tinggi kesehatan Amerika Serikat yang membantu memimpin upaya untuk menemukan vaksin virus corona (Covid-19) mengatakan telah dicopot dari jabatannya oleh Presiden Donald Trump.
Trump sekonyong-konyong menggulingkan Rick Bright dari posisinya sebagai Direktur Biomedical Advanced Research and Development Authority (BARDA) pada Selasa (21/4/2020) dan diberi peran yang lebih kecil di National Institutes of Health.
Padahal, di bawah kepemimpinannya, BARDA telah membantu perusahaan-perusahaan farmasi mengembangkan vaksin untuk virus corona baru penyebab Covid-19.
Menurut Bright, dia dicopot dari jabatannya karena bersikeras membatasi penggunaan obat hydroxychloroquine dan chloroquine. Oleh Trump, obat-obatan ini diusung sebagai pengobatan Covid-19 kendati bukti klinis atas keberhasilan obat itu minim.
“[Hydroxychloroquine dan chloroquine] jelas kurang memiliki manfaat ilmiah,” tutur Bright dalam sebuah pernyataan melalui penasihat hukumnya pada Rabu (22/4/2020), seperti dilansir melalui Bloomberg.
“Meski saya siap untuk melihat semua opsi dan berpikir 'out of the box' untuk perawatan yang efektif, sudah sepatutnya saya menolak upaya untuk memberikan obat yang tak terbukti [secara klinis] di dalam masyarakat Amerika,” terang Bright.
Baca Juga
Bright bersikukuh bahwa obat-obatan itu hanya diberikan kepada pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dengan pengawasan dokter.
“Obat-obatan ini berpotensi memiliki risiko serius yang terkait dengan mereka [pasien], termasuk peningkatan angka kematian yang diamati dalam beberapa penelitian terbaru pada pasien dengan Covid-19,” lanjutnya.
Di lain pihak, Presiden Trump mengaku tak tahu-menahu soal Bright.
“Saya tidak pernah mendengar tentang orang itu. Kapan ini terjadi? Saya tidak tahu siapa dia,” jawab Trump, ketika ditanya tentang Bright dalam suatu briefing di Gedung Putih pada Rabu malam (22/4/2020).
Bulan lalu, BARDA menerima otorisasi darurat dari Food and Drug Administration (FDA) untuk menggunakan hydroxychloroquine dan chloroquine dalam persediaan nasional dan membagikan obat-obatan itu untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Namun menurut laporan Politico dengan mengutip sumber yang tidak diidentifikasi, Bright dalam pesan internal mendukung perolehan Departemen Kesehatan AS baru-baru ini untuk dosis obat-obatan tersebut.
Dalam suatu wawancara dengan Bloomberg Businessweek pada 10 April, Bright menekankan perlunya melakukan penelitian ilmiah yang ketat bahkan di tengah suatu pandemi.
"Semua pihak ingin menangkap ide, data anekdotal, atau data pengamatan apa pun, tetapi yang benar-benar kami coba lakukan adalah melakukan uji coba terkontrol secara acak untuk mendapatkan data berkualitas tinggi," tutur Bright.
Meski BARDA berupaya mati-matian mencari obat untuk memerangi virus corona, Bright menekankan bahwa belum ada yang terbukti berhasil.
“Kita benar-benar tidak memiliki obat apa pun saat ini dengan data yang jelas tentang manfaat dan dampaknya terhadap virus corona itu,” ungkapnya.