Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Corona Disimulasikan Mereda Juni, Angka Sembuh dan Kematian akan Konstan

Uji simulasi pandemi COVID-19 yang dilakukan Pusat Kajian Visi Teliti Saksama (Visi) dengan model sistem dinamik menunjukkan perjalanan pandemi Corona jenis baru di Indonesia mereda pada Juni 2020.
Petugas medis melakukan tes cepat (Rapid Test) COVID-19 kepada pengemudi angkutan umum di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Petugas medis melakukan tes cepat (Rapid Test) COVID-19 kepada pengemudi angkutan umum di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Uji simulasi pandemi Virus Corona (Covid-19) yang dilakukan Pusat Kajian Visi Teliti Saksama (Visi) dengan model sistem dinamik menunjukkan perjalanan pandemi Corona jenis baru di Indonesia mereda pada Juni 2020.

Hal ini akan ditunjukkan dengan jumlah kasus meninggal akibat Covid-19 dan sembuh di Indonesia yang akan mencapai keadaan konstan pada hari ke-100 semenjak kasus positif pertama terkonfirmasi Awal Maret, tepatnya pada 8 Juni 2020. 

“Dari pengujian yang dilakukan Visi pada 31 hari sejak kasus positif pertama Covid-19 di Indonesia, ditemukan reproductive number sebesar 19. Hal ini bermakna setiap satu orang terinfeksi dapat menularkan kepada 19 orang lainnya,” jelas Peneliti Visi, Widyar Rahman, Kamis (23/4/2020).

Berdasarkan nilai reproductive number dapat diprediksi kontrol sebaran pandemi. Perkembangan jumlah kasus baru Covid-19 akibat penularan dari orang terinfeksi di Indonesia akan berlangsung selama sekitar 50 hari.

Rentang waktu ini dihitung dari hari di mana kasus positif terkonfirmasi pertama kali di Indonesia, yakni 2 Maret 2020. Dengan demikian, masa infeksi tersebut diperkirakan berjalan kurang lebih hingga 20 April 2020.

Lantaran masa penularan yang berlangsung selama 50 hari, pada hari ke-100 angka kematian dan sembuh mencapai keadaaan konstan. 

Uji sistem dinamik dilakukan Tim Riset Visi melalui proses validasi model pemantauan data historikal yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia periode 2 Maret 2020 hingga 2 April 2020 sebagai data referensi harian. Data ini mencakup jumlah kasus kumulatif, jumlah pasien sembuh, dan meninggal. Secara umum model yang diusung Visi ini memiliki rentang waktu simulasi selama 180 hari yang akan berakhir pada 31 Agustus 2020. 

Menurut Widyar Rahman, pada dasarnya peninjauan aspek kesehatan Covid-19 dengan pemodelan pandemi yang dilakukan Visi mengikuti pola harian yang terjadi sejak kasus pertama muncul.

Dengan kata lain, program self isolation, social distancing, penggunaan masker, cuci tangan menggunakan sabun, dan penggunaan hand sanitizer yang sedang digalakkan pemerintah telah masuk dalam model ini.

Proses pemantauan ini sebenarnya memiliki batasan tertentu, karena data yang dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah setiap harinya boleh jadi masih menyisakan orang-orang yang tidak atau belum terdeteksi. Beberapa batasan lain yaitu bahwa model ini tidak dapat menentukan ODP dan PDP secara spesifik. Model juga tidak memperhitungkan kejadian reinfeksi virus, dampak sosial pandemi akibat kebijakan pemerintah, dan pengaruh budaya masyarakat dalam merespons keadaan darurat Covid-19. 

Analisis yang dirancang Visi bukan tanpa alasan. Sejak kemunculannya di China pada Desember 2019, virus SARS-Cov Tipe 2 penyebab penyakit yang secara resmi disebut WHO sebagai Covid-19 ini telah menjadi pandemi. Di Indonesia, sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020, data individu terpapar terus meningkat. 

Hingga hari ini Kamis (23/4/2020), jumlah temuan positif covid-19 mencapai 7.775 orang, masih dirawat 6.168, sudah sembuh sembuh 960, meninggal meninggal 647 orang.

Selain angka yang dipaparkan BNPB, terdapat kekhawatiran potensi kasus yang lebih besar karena adanya temuan asimtomatik atau orang tanpa gejala. Hal ini mengindikasikan penyebaran virus bersifat sulit terdeteksi dan tidak terkendali.

Widyar Rahman menyebut fenomena ini sebagai alarm urgensi pendekatan model sistem dinamik. Dia menilai pengujian model ini bisa memenuhi kebutuhan pengetahuan akan pola sebaran yang prediktif terhadap wabah ini di Indonesia.

“Jumlah individu meninggal akibat virus ini dipengaruhi laju mortalitas yang diperkirakan berkisar di angka 5,8% berdasarkan pemodelan. Tingginya persentase ini sekaligus menunjukkan ada potensi jumlah kasus positif yang jauh lebih besar dibandingkan data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah,” jelas Direktur Riset Visi Nugroho Pratomo.

Larangan Mudik

Meski analisis menunjukkan pandemi tidak akan bertahan bertahun-tahun di Indonesia, tetapi upaya mencegah penularan yang dilakukan pemerintah tetap perlu ditingkatkan dan didukung peran aktif seluruh warga negara. Dengan demikian, penurunan jumlah kasus lebih cepat dari perkiraan.

Analisis yang menunjukkan pandemi mereda pada Juni juga bukan berarti penularan tidak akan terjadi di masa depan. Kasus Corona gelombang kedua  di China yang baru-baru ini banyak diberitakan, menunjukkan hal tersebut. Nugroho menyebutkan terdapat rentang waktu delapan hari antara kondisi konstan yang ditunjukkan pada permodelan (8 Juni 2020) dengan batas akhir tanggap darurat yang dilakukan pemerintah yang jatuh pada 31 Mei 2020. Visi menilai, keputusan pemerintah untuk melarang mudik adalah tepat. 

“Adalah penting untuk mematuhi keputusan pemerintah. Masyarakat menahan diri untuk tidak mudik sebagai salah satu cara untuk mencegah penyebaran secara lebih luas. Upaya pemerintah melarang mudik dinilai sebagai upaya tepat membatasi penularan selain pemberlakuan PSBB di beberapa daerah, penggunaan masker, rajin mencuci tangan dengan benar, menjaga kebersihan lingkungan dan lain sebagainya,” kata Nugroho.

Hal ini mengacu pada hasil uji analisis Visi yang menunjukkan banyaknya kontak antara individu hingga terinfeksi covid-19 adalah sekitar 34 kali per hari. Terinfeksi di sini belum tentu menunjukkan gejala sakit, termasuk ODP dan asimtomatik. Ini berarti jika tidak dilakukan berbagai intervensi untuk memutus mata rantai penularan, frekuensi paparan per hari dari tiap individu akan terpenuhi dan menyebabkan penularan.

Individu yang rentan terinfeksi diperkirakan akan mengalami masa inkubasi selama 6,5 hari hingga menjadi sakit. Sementara itu, durasi penyakit hingga sembuh diprediksi memakan waktu sekitar 20 hari, tetapi tetap bergantung dari tingkat imun dan kualitas penanganan. 

Visi Teliti Saksama adalah pusat kajian dan publikasi multiplatform dari berbagai isu ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lingkungan hidup yang berdiri 3 tahun lalu. Visi digawangi alumni berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia dan luar negeri. Hasil kajian-kajian yang bermanfaat bagi masyarakat luas dituangkan dalam portal berbasis data Validnews.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper