Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat resmi memerintahkan Chevron Corp. untuk menghentikan operasinya di Venezuela. Hal ini menjadi pukulan terbaru terhadap industri minyak pemerintahan Presiden Maduro.
Dilansir Bloomberg, Kantor Pengendalian Aset Asing Departemen Keuangan AS tidak akan lagi mengizinkan perusahaan untuk mengebor sumur, menjual, dan membeli minyak mentah atau produk minyak atau mengangkutnya di Venezuela.
Chevron masih berwenang memastikan integritas operasi dan aset di Venezuela hingga 1 Desember. Keputusan itu juga memengaruhi empat penyedia layanan ladang minyak AS, termasuk Halliburton Co., Schlumberger Ltd., Baker Hughes Co., dan Weatherford International Plc.
Pemerintahan Trump meningkatkan tekanan pada rezim Nicolas Maduro ketika negara itu tertekan akibat pandemi Covid-19 dan harga minyak yang merosot. Keputusan tersebut tampaknya mendukung gerakan anti-Maduro dari pemerintahan tersebut sambil tetap mempertahankan tingkat kehadiran AS di industri minyak Venezuela jika terjadi transisi politik.
Meskipun Venezuela hanya menyumbang sekitar 1 persen dari produksi minyak mentah global Chevron, produksi di negara tersebut tetap penting secara strategis mengingat adanya cadangan yang sangat besar yang belum dimanfaatkan.
Pendukung posisi Chevron berpendapat bahwa penghentian ini akan menyerahkan pangsa pasar dan pengaruh kepada perusahaan-perusahaan Rusia dan China.
Baca Juga
Produksi di Chevron dan Petropiar, perusahaan patungan dengan BUMN Venezuela PVDSA, turun 58 persen pada pertengahan Maret menjadi 50.000 barel per hari dari 120.000 pada Januari.
Chevron adalah merupakan penambang minyak AS terakhir yang tersisa di negara ini. Pesaingnya termasuk Exxon Mobil Corp. dan ConocoPhillips keluar 1 dekade lalu setelah Presiden Hugo Chavez mengambil alih kendali atas aset mereka.