Bisnis.com, JAKARTA - India mencatatkan lonjakan harian tertinggi kasus virus corona pada minggu keempat penerapan lockdown nasional sejak 23 April 2020.
Negara itu mencatat 1.400 infeksi baru sehingga total kasus menjadi lebih dari 16.000.
Menurut data dari Universitas John Hopkins, infeksi yang dikonfirmasi naik 78 persen menjadi 16.365 hari ini dari 9.200 pada 12 April 2020. Kasus-kasus negara Asia Selatan telah melonjak selama minggu lalu karena secara bertahap meningkatkan kapasitas pengujiannya.
Dilansir Bloomberg, Minggu (19/4/2020), para ahli penyakit menular mengatakan jumlah sebenarnya infeksi kemungkinan jauh lebih tinggi mengingat bahwa Dewan Penelitian Medis India mengatakan negara itu baru menguji 372.123 sampel dari 1,3 miliar warganya. Jumlah itu hanya sekitar 0,03 persen dari total penduduk.
Perdana Menteri India Narendra Modi pekan lalu memperpanjang penguncian sampai 3 Mei 2020. Namun dia juga mengumumkan bahwa pembuat perangkat keras teknologi informasi, petani dan industri di pedesaan akan diizinkan melanjutkan operasi mulai Senin, 20 April 2020, untuk mulai menghidupkan kembali kegiatan ekonomi yang terhenti.
Sebelumnya, Modi dalam pidatonya mengatakan social distancing dan karantina telah memberikan manfaatbagi pencegahan penyebaran virus di negara itu.
Baca Juga
"Dari sudut pandang ekonomi, biayanya sangat besar. Kami harus membayar harga tinggi. Namun dibandingkan dengan kehidupan orang India, tidak ada yang bisa dibandingkan," kata Modi.
Sementara itu, menyusul perpanjang lockdown oleh pemerintah India, perusahaan-perusahaan di India melaporkan kekurangan tenaga kerja di pelabuhan dan pabrik, setelah eksodus buruh migran terjadi di awal masa karantina nasional.
Puluhan ribu buruh migran yang telah kembali ke tempat asal usai kebijakan karantina diumumkan, kini menganggur. Para pekerja itu masih menimbang apakah akan kembali ke kota di masa akhir karantina nanti.