Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aturan Lockdown Dicabut, Harga Hunian di China Mulai Terkerek

Pertumbuhan harga rumah sempat terhenti pada Februari akibat nyaris tidak ada transaksi yang terjadi lantaran adanya aturan untuk tetap tinggal di rumah.
Properti China./.Bloomberg
Properti China./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga hunian di China mulai kembali bangkit pada Maret 2020 menyusul permintaan yang mulai mengalami peningkatan setelah sempat meredup sepanjang pemberlakuan aturan lockdown.

National Bureau of Statistics (NBS) di China mencatat harga rumah baru di 70 kota, tidak termasuk rumah bersubsidi, mulai mengalami kenaikan tipis 0,13 persen pada Maret dibandingkan dengan pada Februari.

Pertumbuhan harga rumah sempat terhenti pada Februari akibat nyaris tidak ada transaksi yang terjadi lantaran adanya aturan untuk tetap tinggal di rumah.

Sementara itu, harga untuk hunian sekunder, yang bebas dari perantaraan pemerintah, mengalami kenaikan harga 0,05 persen setelah mengalami penurunan harga pada Februari.

“Permintaan hunian yang sempat terpendam sekarang mulai muncul satu per satu karena perekonomian sudah mulai kembali berada pada jalurnya,” ungkap Kepala Ahli Statistik NBS China Kong Peng sebagaimana dilansir Bloomberg, Kamis (16/4/2020).

Pasar properti residensial China yang sempat terhantam hebat oleh pandemi Covid-19 mulai kembali bangkit setelah pemerintahnya secara bertahap mengangkat aturan pembatasan dan memperbolehkan warganya untuk kembali bekerja.

Pada Februari, harga di seperempat dari seluruh kota di China, yang dipantau oleh NBS, tercatat tidak mengalami perubahan karena tidak adanya aktivitas jual beli.

Penjualan hunian kemudian kembali naik setelah pemerintahnya memperbolehkan pengembang untuk kembali membuka ruang pamer dan pameran oleh para agen properti. Data E-House China Holdings Ltd. di 27 kota besar menunjukkan bahwa penjualan apartemen pada Maret tercatat tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan Februari.

Meskipun kenaikan harganya tipis, hal itu dinilai sebagai pertanda akan adanya rebound penuh pada pasar properti di Negeri Panda itu. Namun, adanya ancaman untuk lockdown selanjutnya dan adanya potensi serangan virus gelombang kedua membuat pertumbuhan harga dan permintaan tak bisa bergerak cepat.

Namun, setidaknya untuk saat ini, pengembang masih punya kesempatan untuk menggenjot penjualan. Sejumlah pengembang besar di China telah mencatatkan penjualan secara daring yang jumlahnya di atas ekspektasi dengan memberikan diskon mulai dari 5 persen hingga 10 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper