Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Corona Menyebar, Ekspor China Tertekan

Administrasi Bea Cukai China melaporkan ekspor dalam yuan turun 3,5 persen pada Maret 2020 secara year-on-year, sementara impor naik 2,4 persen.
Pekerja berjalan melintasi jalur-jalur kosong di pintu masuk truk di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn
Pekerja berjalan melintasi jalur-jalur kosong di pintu masuk truk di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor China dalam bentuk yuan turun pada Maret 2020 ditekan pandemi virus Corona yang merusak permintaan global serta kemampuan memproduksi dan mengirimkan barang.

Sementara itu, impor China dilaporkan mulai mengalami peningkatan pada Maret 2020.

Dilansir Bloomberg, Selasa (14/4/2020), Administrasi Bea Cukai China melaporkan ekspor dalam yuan turun 3,5 persen pada Maret 2020 secara year-on-year, sementara impor naik 2,4 persen.

Sebelumnya para ekonom memperkirakan ekspor China akan turun sebesar 12,8 persen dan impor akan menyusut sebesar 7 persen.

Angka dalam dolar, di mana sebagian besar perdagangan China dalam denominasi, akan dirilis kemudian. Indeks Dolar Bloomberg naik 3,1 persen pada Maret, dengan lonjakan kemungkinan telah mendorong nilai yuan barang yang diperdagangkan.

Juru bicara administrasi kepabeanan Li Kuiwen mengatakan Asean menjadi blok mitra dagang terbesar China, melampaui Uni Eropa. Hal itu didorong Brexit dan meningkatnya perdagangan semikonduktor di Asean.

Selain itu, penurunan perdagangan disebabkan oleh pembatasan China sendiri dan ekonomi yang berkontraksi, serta dampak penyebaran virus corona di luar negeri. Banyak perusahaan masih belum beroperasi dalam kapasitas penuh, berdampak pada kemampuan untuk mengekspor dan memenuhi permintaan impor.

Ketika situasi virus di dalam negeri membaik, semakin banyak pasar China di luar negeri yang terkunci. Hal itu tidak hanya akan memukul permintaan barang-barang China, tetapi juga dapat merusak pasokan bahan baku dan komponen perantara.

Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO mengatakan pekan lalu bahwa tahun ini bisa menjadi keruntuhan terburuk pada perdagangan internasional sejak Depresi Hebat atau Great Depression pada 1930-1n.

Skenario optimistis WTO memprediksi penurunan 13 persen dalam volume perdagangan barang internasional pada 2020, lebih buruk daripada penurunan 12 persen selama krisis keuangan 2009. Sedangkan skenario pesimistis melihat volume perdagangan barang global turun sebanyak 32 persen tahun ini.

Para pembuat kebijakan di seluruh dunia telah bergegas untuk menghadirkan stimulus untuk membantu ekonomi selama masa pandemi dan karantina.

Di China, Dewan Negara telah memerintahkan lebih banyak langkah untuk menstabilkan perdagangan, termasuk membangun lebih banyak zona e-commerce lintas batas dan menggerakkan pasar perdagangan online.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper