Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat diminta untuk tak gegabah melonggarkan pembatasan sosial saat liburan Paskah pada akhir pekan ini lantaran jumlah pasien meninggal akibat virus corona atau Covid-19 masih terbilang tinggi.
Para pejabat AS memperingatkan rakyatnya bahwa jumlah kematian akibat virus corona kian mengkhawatirkan pekan ini. Bahkan ada bukti bahwa jumlah pasien positif virus corona baru masih merata di negara bagian New York, pusat penyebaran wabah virus corona.
Karena banyaknya masyarakat merayakan liburan Paskah pada hari Minggu, pakar penyakit menular AS memperingatkan bahwa terlalu dini untuk melonggarkan pembatasan kepada rakyat.
"Sekarang bukan saatnya untuk mundur," kata Dr. Anthony Fauci seperti dilansir Antara, Sabtu (11/4/2020).
Jumlah kematian pasien virus corona di AS diperkirakan mencapai 18.100 jiwa hingga kemarin, Jumat (10/4/2020). Kematian pasien akibat virus corona di Negeri Paman Sam naik 1.500 pada hari itu.
Saat ini, jumlah kematian pasien virus corona di AS merupakan yang tertinggi kedua di dunia. Lebih dari 1.900 kematian baru dilaporkan terjadi tiga hari berturut-turut.
Baca Juga
Meskipun demikian, imbauan pembatasan sosial yang membuat masyoritas rakyat AS tinggal di rumah ternyata membantu mengurangi pasien baru yang terinfeksi virus corona.
Adapun, kasus positif virus corona di AS mencapai 485.000 pada Jumat dan telah meningkat sebesar 30.000 hingga 35.000 kasus per hari. Secara global, ada lebih dari 1,6 juta kasus yang dikonfirmasi, dengan jumlah kematian mencapai 100.000.
Hanya Italia yang memiliki lebih banyak kematian akibat virus korona dibandingkan Amerika Serikat, dengan 18.849 kematian dilaporkan pada hari Jumat, meskipun memiliki populasi yang jauh lebih kecil.
Setelah adanya penurunan jumlah pasien positif virus corona, kasus positif baru telah meningkat dalam dua hari terakhir.