Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wabah Corona Mengerek Angka Pengangguran Dunia

International Labour Organization (ILO) mengingatkan bahwa ada pemutusan hubungan kerja massal hingga hampir 25 juta orang jika virus ini gagal dikendalikan.
Pekerja bersiap untuk memindahkan jenazah ke dalam trailer di luar Rumah Sakit Pusat Brooklyn di tengah pandemi virus corona di New York, Amerika Serikat, Senin (30/3/2020)./Antara^Reuters
Pekerja bersiap untuk memindahkan jenazah ke dalam trailer di luar Rumah Sakit Pusat Brooklyn di tengah pandemi virus corona di New York, Amerika Serikat, Senin (30/3/2020)./Antara^Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Para pekerja di dunia terguncang oleh potensi resesi akibat penyebaran Covid-19. Hal ini ditunjukkan dengan melonjaknya angka pengangguran dan klaim pengangguran di seluruh dunia yang mencapai jutaan pada pekan ini.

Bahkan, International Labour Organization (ILO) mengingatkan bahwa ada pemutusan hubungan kerja massal hingga hampir 25 juta orang jika virus ini gagal dikendalikan. Potensi ini akan dialami seluruh dunia mulai Austria hingga Amerika Serikat (AS) yang akan merefleksikan resesi terburuk ketika dunia harus berhadapan dengan pandemi pada 1930. 

“Kita akan melihat angka pengangguran di AS dan Eropa mulai menyentuh ke remaja. Jika melihat tekanan yang akan dialami AS dan Eropa, ini adalah goncangan tak terduga sejak resesi terburuk, dari skalanya,” kata Peter Hooper, Ketua Ekonom Global Deutsche Bank AG, dikutip dari Bloomberg, Sabtu (4/4/2020).  

Tingginya angka pengangguran akan memberi tekanan kepada pemerintah dan bank sentral untuk mempercepat implementasi program stimulus bagi para pekerja yang terdampak.

Kegagalan dalam menangani pandemi ini berisiko membuat resesi lebih dalam sehingga memaksa para pembuat kebijakan untuk mengguyur lebih banyak stimulus.

JPMorgan Chase & Co. memprediksi tingkat pengangguran di negara maju bakal terkerek hingga 2,7 persen pada pertengahan tahun ini. Ketika ekonomi mulai pulih, lembaga ini masih memproyeksikan angka pengangguran sebesar 4,6 persen di AS dan 8,3 persen di Uni Eropa pada 2021. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper