Bisnis.com, JAKARTA – Secercah harapan terlihat di Eropa. Masa-masa terburuk penyebaran virus corona SARS-CoV-2 di Eropa sudah terlihat, dan diperkirakan segera berakhir.
Hal ini terlihat pada tingkat kematian serta kasus baru yang dikonfirmasi di Italia mulai menurun. Sementara itu, meskipun jumlah kematian setiap hari masih meningkat di Spanyol dan Inggris, penyebaran virus corona mulai melambat di Jerman, Belanda, Swiss, dan negara-negara lain.
Penurunan jumlah infeksi di Italia juga turut meredakan tekanan pada unit perawatan intensif rumah sakit di beberapa daerah yang paling terdampak, termasuk Provinsi Lombardy.
Kemajuan Italia dalam memerangi penyakit yang telah menewaskan lebih dari 13.000 orang di sana menunjukkan kebijakan lockdown yang diberlakukan selama beberapa pekan terakhir mulai membuahkan hasil. Namun, pejabat kesehatan memperingatkan bahwa pembatasan harus tetap diberlakukan untuk waktu yang lebih lama dan pejabat pemerintah perlu menahan diri untuk membuka kembali perekonomian.
"Pertanyaannya adalah, bagaimana langkah selanjutnya?" ungkap Mike Ryan, Kepala Program Darurat di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti dikutip Bloomberg.
Tanda-Tanda Stabilisasi
Baca Juga
Jawabannya, adalah melakukan pelonggaran secara perlahan dan hati-hati, sambil terus memburu kasus baru secara aktif. Jika negara-negara bergerak terlalu cepat, ada risiko gelombang kedua yang dapat dipicu oleh kasus-kasus ringan atau kasus tanpa gejala telah lolos dari deteksi.
Gejala Covid-19 dapat muncul hinga dua pekan setelah terinfeksi, sehingga lockdown dan kebijakan lain perlu memperhatikan masa inkubasi ini. Simon Mardel, seorang dokter Inggris yang terlibat dalam perang global melawan Ebola dan epidemi lainnya, mengatakan kasus infeksi dapat bertahan di rumah sakit dan menjadikannya lokasi penularan bahkan ketika laju penyebaran di masyarakat sudah mereda.
Mudah menular
“Jika virus ini menularkan dengan mudah di masyarakat kita harus memperhatikan penyebarannya dalam perawatan kesehatan,” katanya.
Italia, Prancis, dan Jerman telah memperluas langkah-langkah isolasi hingga setelah Paskah. Para pejabat Inggris telah memperingatkan bahwa pembatasan dapat diberlakukan selama berbulan-bulan.
Aplikasi seluler yang melacak orang yang terpapar virus serta kontaknya dapat membantu lembaga kesehatan mengawasi penyakitnya, tetapi hal ini belum diterapkan. Inggris dan negara-negara lain juga telah berjuang untuk meningkatkan pengujian untuk pengembangan vaksin untuk mencegah terulangnya kembali wabah.
Menurut studi oleh peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, lockdown di Inggris diperkirakan telah mengurangi penyebaran virus corona. Survei menunjukkan bahwa interaksi manusia per harinya hari telah turun 70 persen, sehingga mengurangi kemungkinan penularan.
Jaga Jarak Interaksi Sosial
"Mmelambatnya penyebaran di beberapa daerah terlihat sangat menggembirakan, berkat langkah-langkah yang kuat, terutama jaga jarak fisik (physical discancing)," kata Pinar Keskinocak, seorang profesor di Institut Teknologi Georgia.
Namun negara-negara harus berhati-hati dalam melakukan pelonggaran di area mana pun sampai tes cepat yang luas tersedia, kami memiliki pemahaman yang lebih baik tentang siapa yang terinfeksi, dan siapa yang telah pulih."
Setelah tekanan pada layanan publik, negara-negara juga harus mempertimbangkan kelelahan pada sistem perawatan kesehatan dan orang-orang yang memberikan kompensasi yang berlebihan untuk periode isolasi yang lama.
Setelah tekanan pada layanan publik, negara-negara juga harus mempertimbangkan batasan sistem perawatan kesehatan dan orang-orang yang terdampak oleh perpanjangan waktu isolasi.
"Saya berharap akan ada rebound, dan orang-orang yang haus kontak sosial akan mengambil kesempatan tersebut," kata Simone Schnall, seorang peneliti psikologi di University of Cambridge, Inggris. "Aku benar-benar melihat bahaya bahwa sekali Anda bersantai hal-hal" risiko kebangkitan dalam peningkatan transmisi.