Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Catat Rekor Kasus Corona Tertinggi di Dunia, 3,28 Juta Orang Menganggur

Sebagai perbandingan, China mencatat 81.700 kasus dan di Italia tercatat sebanyak 80.500 kasus hingga saat ini. Sedangkan lebih dari 120.000 orang di seluruh dunia telah pulih dari virus corona, namun lebih dari 23.000 orang meninggal dunia.
Seorang pria mengenakan masker di Times Square, New York./Bloomberg-John Nacion/STAR MAX/IPx via AP Photo
Seorang pria mengenakan masker di Times Square, New York./Bloomberg-John Nacion/STAR MAX/IPx via AP Photo

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) sekarang mencatat rekor tertinggi kasus virus corona di dunia dengan lebih dari 82.400 kasus dan 1.178 orang meninggal dunia, menurut laporan Johns Hopkins University.

Sebagai perbandingan, China mencatat  81.700 kasus dan di Italia tercatat sebanyak 80.500 kasus hingga saat ini. Sedangkan lebih dari 120.000 orang di seluruh dunia telah pulih dari virus corona, namun lebih dari 23.000 orang meninggal dunia.

Italia melaporkan jumlah kematian tertinggi dengan lebih dari 8.200 kematian seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (27/3/2020).

Atas kondisi itu, bank sentral AS turut memberi komentar terkait kondisi ekonomi dan angka pengangguran di Amerika Serikat.

Amerika Serikat "mungkin dalam resesi", tetapi kemajuan dalam mengendalikan penyebaran virus corona akan menentukan kapan ekonomi dapat sepenuhnya dibuka kembali, kata Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Jerome Powell dalam sebuah wawancara televisi NBC's Today Show.

Powell berbicara sekitar satu jam sebelum data federal menunjukkan lonjakan rekor klaim pengangguran menjadi 3,28 juta orang.

Dia mengatakan hal itu terjadi sebagai bukti bahwa "jarak sosial" untuk melawan pandemi telah terjadi.

“Ini akan mengakhiri ekspansi ekonomi negara AS selama lebih dari satu dekade,” ujarnya.

Sementara itu, rumah sakit di AS dilaporkan semakin kewalahan dengan kasus corona dan sebanyak 100 orang meninggal sehari terakhir.

Sedangkan sebanyak 40 persen warga AS saat ini berada di bawah perintah penguncian untuk mencegah penyebaran penyakit seperti dikutip ChannelNesAsia.com.

Akibat angka kematian yang terus meningkat, para ahli mengatakan jumlah kasus sebenarnya bisa jauh lebih tinggi daripada angka resmi karena kekurangan alat pemeriksaan kesehatan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper