Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah perlu menyusun mekanisme social distancing atau pembatasan interaksi sosial bagi masyarakat sesuai klaster masyarakat rentan, mekanisme belanja kebutuhan, dan pembentukan desa siaga.
Berry Juliandi, anggota Indonesian Young Scientists (IYS) dari Institut Pertanian Bogor mengatakan masyarakat belum memiliki pemahaman yang tepat soal pembatasan sosial atau Social Distancing.
Padahal, perlu ada jaminan pembatasan fisik yakni pemetaan klaster atau individu yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi Covid-19. Khususnya untuk yang terinfeksi cenderung mengalami komplikasi medis yang parah. Misal orang lanjut usia, orang yang mempunyai penyakit kronis seperti kardiovaskular, TBC, diabetes, darah tinggi dll atau riwayat penyakit pernafasan seperti asma.
“Juga orang yang sedang dalam pengobatan immunosuppresant seperti penderita kanker, penyakit auto imun berdasarkan data dari rumah sakit dan klinik,” jelas Berry dan 40 ilmuwan lain dalam laporan rekomendasi untuk BNPB dikutip Senin, (23/3/2020).
Berry menegaskan, dalam laporan tersebut bahwa orang-orang yang mempunyai resiko tersebut sebaiknya dipisahkan atau memisahkan diri dari masyarakat umum secara ketat dan diisolasi selama pandemi. Hal ini karena mereka memiliki resiko perawatan di rumah sakit dan kematian yang sangat tinggi.
Selain yang sudah dilakukan oleh pemerintah melalui himbauan di media sosial, saat ini sudah saatnya melibatkan perangkat pemerintah di tingkat RT/RW agar turut aktif mengawasi physical and social distancing ini.
Berry juga menyoroti perihal penyediaan bahan makanan yang cepat dan aman. Dia menilai, perlu juga dilakukan sosialisasi dan edukasi untuk penyedia jasa rumah makan untuk tidak menerima tamu dine in.
Sebaliknya bisa bekerjasama dengan penyedia jasa pengiriman untuk menyediakan makanan siap saji yang aman dan diolah dengan cara yang benar seperti yang dilakukan di Tiongkok. Dengan demikian tujuan social distancing ini bisa berjalan efektif.
Dia pun menambahkan pentingnya pemerintah membentuk Desa Siaga Covid-19 dengan mengecek dan melaporkan kegiatan di desanya dan memastikan tidak ada kegiatan yang mengumpulkan orang banyak di luar rumah, atau ikut memantau ODP agar tidak berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Desa siaga ini juga dapat ikut aktif memastikan pendataan mobilitas penduduk nya selama 14 hari terakhir. Selain itu desa siaga ini juga bisa menggunakan media sosial yang mudah, misalnya WhatsApp.
“Selain itu, perlu dikoordinasikan dengan dinas sosial dan kesehatan setempat apabila ada inisiatif dapur umum dari dan untuk masyarakat agar tetap memperhatikan faktor kesehatan dan keamanan,” tuturnya.