Bisnis.com, JAKARTA – Seorang pasien virus corona (Covid-19) di Melbourne menjalani serangkaian tes untuk memetakan respon imun tubuh terhadap virus tersebut. Hasil dari tes ini dapat memberikan petunjuk mengenai kemampuan tubuh untuk melawan virus.
Dilansir dari Bloomberg, sampel darah yang diuji pada empat waktu yang berbeda menunjukkan wanita berusia 47 tahun tersebut menghasilkan sel darah putih yang dapat menyerang sel yang terinfeksi virus dan mendorong produksi antibodi yang mendorong pemulihan.
Wanita tersebut sebelumnya terpapar Covid-19 dan menunjukkan gejala penyakit ringan hingga sedang yang mengharuskan rawat inap. Namun, wanita itu mampu sembuh dari corona hanya dalam waktu 10 hari setelah gejalan muncul.
Kasus yang dilaporkan oleh jurnal Nature Medicine pada Senin (17/3) tersebut, serta sejumlah penelitian lain di Institut Peter Doherty Institute for Infection and Immunity, Melbourne, dapat membantu mengidentifikasi pola sistem kekebalan guna mengidentifikasi pasien yang berpotensi mengalami kondisi kritis
Probabilitas pengembangan gajala menjadi kritis jumlahnya mencapai satu dari lima pasien virus corona.
Profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Melbourne yang turut menulis jurnal tersebut, Katherine Kedzierska, menekankan perlunya analisis sejumlah besar pasien Covid-19 untuk memetakan mana pasien yang mengembangkan gejala serius dan pasien yang mengembangkan sistem imunitas terhadap virus ini.
Baca Juga
“Tetapi ada kemungkinan bahwa kita mungkin menemukan sampel dengan kekebalan tubuh yang memprediksi pemulihan. Hal ini menjadi sangat penting karena dapat mengetahui pasien mana yang berisiko mengalami gejala Covid-19 yang parah ketika mereka dirawat di rumah sakit,” ungkap Kedzierska, seperti dikutip Bloomberg.
Tes darah pada pasien yang sebelumnya melakukan perjalanan dari kota Wuhan tersebut mengindikasikan Ia mengalami peradangan karena virus corona, tetapi bukan gejala yang berpotensi mematikan atau yang dapat merusak kesehatan.
“Respons kekebalannya bekerja dengan baik,” kata Kedzierska, yang telah mempelajari respons kekebalan terhadap infeksi virus selama 20 tahun terakhir.
Peradangan terkontrol pasien menghindari tingkat peradangan stadium lanjut yang tak terkendali, yang disebut sitokin dan kemokin.
Kedzierska dan rekannya mendeteksi antibodi terhadap virus Covid-19 dalam darah pasien sebelum gejalanya hilang. Para peneliti tengah berupaya memahami "memori imunologis" dari infeksi, yang akan memberikan petunjuk mengenai apakah respons antibodi pasien cukup untuk melindunginya terhadap infeksi berikutnya.
Temuan ini juga akan meghasilkan metode yang membantu perkembangan vaksin Covid-19.