Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Hanya Pangkas Bunga, Bank Sentral Inggris Juga Beri Kredit Murah

Dalam upaya melindungi bisnis yang berisiko terpukul secara finansial oleh wabah corona, Bank Sentral Inggris juga memperkenalkan program baru untuk memberikan kredit yang mudah dan murah.
Bank of England/e-architect.co.uk
Bank of England/e-architect.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Inggris atau Bank of England (BOE) memotong suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 0,25 persen.

Kebijakan ini merupakan langkah darurat pertama sejak krisis keuangan, dan mengumumkan sejumlah langkah untuk membantu menjaga kredit tetap tumbuh dalam rangka  membendung dampak virus corona terhadap ekonomi.

Gubernur BOE Mark Carney dan para pembuat kebijakan memutuskan dengan suara bulat untuk memotong suku bunga acuan. Selain itu, dalam upaya melindungi bisnis yang berisiko terpukul secara finansial oleh wabah, bank sentral juga memperkenalkan program baru untuk memberikan kredit yang mudah dan murah.

Kebijakan juga termasuk mengurangi modal ditahan untuk perbankan dalam upaya lebih lanjut untuk mendukung pinjaman.

"Langkah-langkah ini akan membantu melindungi dunia usaha dan orang-orang di dalamnya. Hal itu akan membendung gangguan ekonomi jangka pendek yang bisa menyebabkan gangguan jangka panjang," katanya dilansir Bloomberg, Rabu (11/3/2020).

Carney mengatakan bahwa paket itu dimaksudkan untuk mencapai dampak maksimum, dan memperingatkan BOE siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika perlu.

Hal yang mungkin menarik bagi investor adalah BOE tidak hanya memberikan penurunan suku bunga besar, seperti The Federal Reverse (The Fed), tetapi juga menargetkan bantuan untuk bisnis dan bank yang bisa merasakan dampak dari penurunan permintaan karena virus.

Respons Inggris dengan tingkat koordinasi yang baik antara dan sentral dan pemerintah ini menyenangkan pasar dan menjadi contoh bagi negara lain.

Indeks FTSE 100 naik 1,6 persen, sedangkan mata uang poundsterling awalnya turun sebanyak 1,3 persen terhadap euro ke level terlemah sejak Oktober 2019.

"Satu-satunya kejutan adalah bahwa tidak ada panduan ke depan tentang langkah kebijakan selanjutnya," kata Allan Monks, seorang ekonom di JPMorgan di London.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper