Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Viral Data Pribadi Pasien Corona, Ini Dampaknya Bagi Warga Sekitar

Aktivis Hak Asasi Manusia dan pendiri Migrant Care menyayangkan data pasien Corona tersebar di media sosial. Selain melanggar privasi pasien, Anis juga menyebutkan dampak sosial yang dialami masyarakat sekitar lokasi rumah korban.
Ilustrasi-Petugas kesehatan menyemprotkan cairan disinfektan kepada WNI ABK Diamond Princess dan barang bawaan saat turun dari kapal di Yokohama, Jepang, Minggu (2/3/3030). Pemerintah mengevakuasi 69 WNI ABK Diamond Princess yang dinyatakan negatif COVID-19 untuk dipulangkan ke tanah air dan diosevasi di pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu./ANTARA/HO/KBRI Tokyo
Ilustrasi-Petugas kesehatan menyemprotkan cairan disinfektan kepada WNI ABK Diamond Princess dan barang bawaan saat turun dari kapal di Yokohama, Jepang, Minggu (2/3/3030). Pemerintah mengevakuasi 69 WNI ABK Diamond Princess yang dinyatakan negatif COVID-19 untuk dipulangkan ke tanah air dan diosevasi di pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu./ANTARA/HO/KBRI Tokyo

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivis Hak Asasi Manusia dan pendiri Migrant Care Anis Hidayah menyayangkan data pasien Corona tersebar di media sosial. Selain melanggar privasi pasien, Anis juga menyebutkan dampak sosial yang dialami masyarakat sekitar di lokasi rumah korban.

Hari ini, Selasa (3/3/2020) Presiden Joko Widodo menyampaikan imbauan agar nama pasien tidak disebarluaskan kepada publik.

Presiden Jokowi mengimbau agar semua pihak tidak membuka data pribadi pasien yang terkena virus Corona demi menjaga mentalnya agar tidak tertekan. Hal itu disampaikan Presiden menyusul data pribadi dua pasien pertama Covid-19 atau infeksi virus Corona di Indonesia yang menyebar luas melalui kanal media massa dan media media.

"Saya juga telah memerintahkan kepada Menteri agar RS, pejabat, pemerintah tidak buka privasi pasien. Kita harus hormati kode etik. Data pribadi harus dijaga tidak boleh dikeluarkan ke publik. Ini etika kita dalam komunikasi. Media juga harus menghormati privasi mereka," ujar Presiden di Istana Negara, Selasa (3/3/2020). 

Mengomentari pernyataan Presiden, Anis menilai apa yang disampaikan sudah terlambat karena informasi termasuk foto pasien sudah terlanjut menyebar.

"Sejak awal harusnya sudah diumumkan bahwa data pasien tidak disampaikan kepada publik," ujar Anis menyesalkan.

Kini, setelah data menyebar, keluarga bahkan juga lingkungan sekitar korban mengalami dampaknya. "Menderita dua kali, foto viral sudah menyebar di mana-mana, bagaimana menyetopnya?" ujar Anis.

Dia berpendapat kondisi ini harus dievaluasi, kementerian kesehatan harus dievaluasi.

"Orang di pemerintahan yang menyebarkan informasi itu juga harus ditelusuri, bisa di-tracking siapa otoritas yang memegang data, bagaimana SOP yang berlaku," ujarnya.

Anis bahkan mengatakan Menteri Kesehatan mungkin perlu dievaluasi, diganti karena dianggap bertanggung jawab atas keresahan yang sudah terjadi.

Di sisi lain, Anies juga bertutur soal dampak yang dialami masyarakat akibat menyebarnya informasi pasien Corona.

Anis menyebutkan kemarin anaknya histeris karena beredar informasi tentang Corona. Selain itu, Anis mengiyakan bahwa ada anak-anak yang menjadi korban bully karena tinggal di perumahan itu.

Tak hanya itu, akibat viral soal pasien virus Corona itu, suami dari asisten rumah tangga di rumah pasien penderita Corona juga diberhentikan dari pekerjaannya. 

Dampak lainnya, karyawan perusahaan PMA yang tinggal di perumahan yang sama dengan pasien tidak boleh masuk kerja. Bahkan, lanjutnya, drivel ojek online pun menolak permintaan layanan. "Beberapa kali ojol meng-cancel permintaan," ujar Anis menggambarkan dampak psikologi dari beredarnya identitas dan alamat pasien virus Corona kepada publik.  

"Soal-soal ini tadi sudah dibicarakan dengan pihak pemprov, kami kan warga yang sehat, kami terdampak dan meminta jaminan dari Pemkot," ujar Anis Hidaya, Selasa (3/3/2020).

Kemarin, Anis Hidayah sempat menyampaikan keluh kesahnya atas tersebarnya data pasien virus Corona di sejumlah grup Whatsapp. Berikut keluh kesan Anis Hidayah:

Sangat terkejut dan agak berat melalui hari kemarin. Sekitar jam 12.30an saat keluar dari ruang sidang di Mahkamah Konstitusi dan mengambil HP di locker. Ketika membuka HP ada banyak miscall dan WA terutama dari warga, tetangga di perumahan studio alam indah. Dua warga diperumahan kami dinyatakan positif Corona dan diumumkan oleh presiden langsung,.

Yang membuat marah adalah data pribadi pasien tetiba viral di berbagai group WAG. Detail bgt, nama inisial, usia, alamat dan sejarah pengobatannya. Saya tidak habis pikir siapa yang menyebarkannya. Di WAG perumahan kami tetiba gaduh, panik menanyakan kebenarannya. Saya linglung sesaat, pikiran langsung tertuju pd ibu dan anak yang baru saja diumumkan presiden. Mereka tetangga dekat saya, teman diskusi, teman ngobrol, teman bertanam organik yang sudah seperti keluarga dan sahabat. Sedih banget, pingin marah, tapi kepada siapa?

Saya mencoba meredakan WAG ibu2 perumahan utk tdk terus menyebarkan data pasien dan mendoakan yang terbaik bagi pasien agar tertangani dengan segera. Tak bisa dipungkiri, kepanikan itu wajar karena kami semua terkejut. Kami tahu bahwa 2 tetangga kami memang sedang sakit typus dan beberapa warga sudah menjenguknya di RS. Beliau udah mulai membaik, katanya minggu udah pulang, jadi nggak usah di bezuk katanya. Tradisi di perumahan kami yang sudah berlangsung lama adalah menjenguk rame-rame tetangga yang sedang sakit. Rencananya ibu-ibu perumahan akan menjenguk pada hari minggu sore setelah acara pasar sahabat bumi. Dan rencana untul bezuk sudah diumumkan ke WAG. Jadi tidak benar statemen walikota yang mengatakan bhw warga di perumahan kami eksklusif dan saling tidak kenal. Karena kami saling kenal, akrab dan saling peduli. Kami terhubung dalam banyak ruang, ada arisan, pengajian dan komunitas bertanam organik."

Diskusi di WAG kami makin dinamis. Dari MK saya memutuskan untuk menjemput suami saya di perpusnas karena ada diskusi disana. Suami saya nampak panik dan banyak ditelpon warga karena kebetulan dia ketua RT di perumahan kami. Saat saya nyamperin dia di perpusnas, dia sedang menelpon seorang ibu yang menurut berita dinyatakan positif corona, yang adalah tetabgga dekat kami. Dari perbincangan melalui telpon siang itu, kita tahu bahwa ibu/pasien bahkan tahu bhw beliau positif corona dari berita yang diumumkan langsung oleh presiden. Tidak ada informasi resmi kepada beliau tentang hal itu. Kata beliau, pemberitaan yang beredar di media jauh lebih menyakitkan daripada sakit yang sedang beliau alami. Dari suara yang kami dengar diujung telpon, kami merasakan kondisinya membaik dan katanya sudah ada penanganan yang memadahi dan diisolasi di sebuah RS. Pada minggu pagi, ibunya memang sempat WA ke suami saya katanya beliau dan anaknya dipindah ke RSPI dan diobservasi corona. Menurut beliau, putrinya telah demam dan batuk seminggu dan divonis bronchopneunomia. Observasi dilakukan pasca putri beliau melapor kpd petugas medis dimana mereka dirawat dan menginfokan bhw ada telpon yang mengabarkan bhw ada warga jepang yang positif corona per 26 feb dmn yang bersangkutan datang ke acara di jkt dimana putrinya menjadi host pd 14 dan 15 feb. WA yang diterima suami saya tentu tdk disampaikan ke warga, kami hanya menyampaikan bhw tetangga kami/ibu dan anak yang sedang dirawat pindah RS dan belum bisa dijenguk.

Setelah ada kabar langsung dari yang bersangkutan, suami saya lalu membuat WA utk diedarkan ke warga. Begini bunyi WA nya:

Salam. Bapak/Ibu semua. Terkait dengan berita yang sedang beredar, benar adanya itu warga kita, bu M dan mba S. Saya sudah berkomunikasi dengan Beliau, dan insyallah sudah mendapat penanganan dengan baik. Tapi berita yang beredar tanpa konfirmasi dari Beliau bisa jadi menambah beban pikiran.

Mari kita bersama-sama menjaga kesehatan dengan meningkatkan daya imun kita dengan banyak mengonsumsi vitamin, madu, dan lainnya. Tidak lupa kita selalu berdoa kepada Tuhan agar terhindar dari segala keburukan. Terima kasih. Teguh Prawiro

Setelah mengirimkan WA itu, kami memutuskan utk pulang ke Depok. Kami langsung menuju pemkot Depok, tujuannya adalah dinas kesehatan utk mendapatkan gambaran informasi yang utuh dan langkah-langkah yang bisa kami lakukan. Kami langsung ke balaikota depok dan berkomunikasi dengan dua warga perumahan kami yang kebetulan bekerja disana. Tak mudah utk menemui kadis yang kami maksud karena sedang rapat dengan walikota, dimana menkes dan gubernur jabar katanya akan berkunjung ke depok. Meski tidak bertemu secara langsung, kami disambungkan melalui telpon dengan kadiskominfo depok. Dari perbincangan itu, suami saya kemudian kembali membuat WA blast utk warga sebagai berikut:

Informasi dari kepala dinas kesehatan depok:
1. Sementara tidak banyak aktivitas di luar rumah.
2. Banyak mengonsumsi vitamin c.
3. Makan makanan yang sehat dan bergizi.
4. Tidak merokok
5. Akan dilaksanakan penyemprotan disinfektan.
5. Petugas dari dinas kesehatan akan datang.
6. Berdoa

Setelah mendapat informasi dan mengirimkan informasi ke warga, kami langsung pulang. Sepanjang perjalanan dari balaikota depok menuju rumah, supir grab yang kami naiki bertanya terus ttg perumahan kami yang ada pasien corona.

Sampai di perumahan sekitar jam 15.30, media sudah penuh disekitar rumah kami hingga rumah pasien. Jarak rumah pasien dengan rumah kami mmg tidak jauh, di blok yang sama, mungkin hanya 100 M. Situasi perumahan tidak nampak ada warga yang di luar rumah karena masih jam kerja. Tapi kami juga menerima WA dr beberapa warga yang diminta pulang cepat oleh kantornya. Kami khawatir bhw rumah pasien menjadi obyek pemberitaan dan mmg benar, sungguh sangat sedih, tapi kami tdk bs berbuat apa-apa. Bahkan di dpn rumah pasien, dipasangin police line yg katanya utk membatasi agar media biar tdk terlalu dalam meliput rumah pasien. Police line akhinya diambil setelah diprotes oleh anak pasien yang melihat pemberitaan di TV. Suami sy jg sempat diwawancarai bbrp media dan menekankan pentingnya informasi yang akurat, dukungan utk pasien dan menghimbau warga agar tidak panik.

Jam 17.12, petugas kesehatan dari puskesmas bersama lurah dan camat sukmajaya datang. Kedatangan mereka khusus untuk memeriksa beberapa warga yang sempat menjenguk pasien. Sejak siang kami sengaja membuat group WA kecil utk mereka yg pernah menjeguk untuk saling info dan berkabar ttg apa yang hrs dilakukan. Sengaja kami lokalisir di group kecil ini. Saya turut mendampingi dalam pemeriksaan tersebut. Alhamdulilillah semuanya sehat dan dapat pencerahan dari dokter ttg virus corona yang tdk mudah penularannya. Sehingga kita dihimbau untuk tenang. Kami merasa lebih tenang.

Jam 18.05 pihak dari polsek sukmajaya datang ke rumah dan menginfokan bhw malam jam 21.00 ada tim gegana brimob yang akan menyemprotkan disinfektan di rumah pasien. Atas informasi itu, suami saya kembali membuat WA blast utk warga: Bapak/Ibu semua. Malam ini pukul 21.00, akan dilaksanakan penyemprotan disinfektan di perumahan kita. Mohon semua nanti berada di dalam rumah. Terima kasih.

WAG di group perumahan sudah lebih tenang, apalagi pasien sempat menjawab doa dan dukungan dari seluruh warga. "Terima kasih atas doanya, kami masih diisolasi". Sontak WAG ramai dengan ucapan doa, emoticon bunga dan love. Alhamdulillah kami saling dukung dan apa yang kami rasakan mungkin berbeda dengan narasi media yang berkembang bahwa perumahan kami mencekam. Kami waspada, iya, tapi tidak mencekam.

Jam 18.30, anak kami yang besar tiba-tiba menangis agak histeris, katanya sedih dg keadaan yang ada dan tidak kuat membaca pemberitaan dan sosmed. Ada berita online katanya sekolah akan diliburkan, warga kami akan diisolasi dll. Kami serumah saling menguatkan, karena kami juga harus menguatkan yang lain.

Jam 20.08, kadiskominfo depok ke rumah. Sharing informasi ttg apa yang terjadi hari ini. Suami saya meminta agar pemkot depok membuat forum resmi utk warga utk menyapaikan info2 penting dari pemerintah secara resmi. Dan itu disetujui. Suami saya kembali membuat WA blast utk warga: Bapak/Ibu semua. Malam ini pukul 21.00, akan dilaksanakan penyemprotan disinfektan di perumahan kita. Mohon semua nanti berada di dalam rumah. Terima kasih.

Diskusi dengan kadiskominfo berlanjut hingga pukul 22.00 dan berhenti saat kami mendengar sirine mobil gegana datang utk penyemprotan disinfektan. Penyemprotan baru selesai hingga pukul 00.03.

Hari senin kemarin benar-benar hari yang mengejutkan. Peluk erat utk ibu M dan mba S dari seluruh warga perumahan, doa-doa dan dukungan trs kami kirimkan. Terima kasih tak terhingga kepada byk teman yang hari ini kirim WA dan telpon untuk mendoakan kami dan mendukung. Terima kasih atas segala perhatiannya. Terima kasih juga untuk pak Teguh, suami saya, pak RT yg hr senin kemarin berjibaku dalam stres. Utk pemerintah, ada byk catatan dalam penanganan kasus ini, terutama keteledoran atas tersebarluasnya data pribadi pasien, statemen para otoritas yang meresahkan. Kami berharap tmn2 media sudah tidak membanjiri perumahan kami lg utk meliput rumah pasien, cukup!!!. Kami warga disini juga punya hak atas rasa aman dan nyaman di tempat tinggal kami.

Depok, 3 Maret 2020, 00.23
Anis Hidayah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper