Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produk Pertanian AS Kembali Masuk Ke China, Sorgum Salah Satunya

Sorgum AS kembali ke pasar China minggu ini, menandakan importir pangan telah bersedia membeli produk pertanian Negeri Paman Sam dengan harga murah.
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - Komoditas sorgum AS yang kembali masuk ke pasar China minggu ini menandakan importir pangan telah bersedia membeli produk pertanian Negeri Paman Sam dengan harga murah.

Sorgum adalah komoditas sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sorgum bisa menjadi penganti nasi. 

Dilansir Bloomberg, Rabu (26/2/2020), menurut seorang sumber, pembeli China sebelumnya mengajukan penawaran untuk pasokan dari AS untuk pengiriman April dan Mei. Periode ini menandai menipisnya pasokan sorgum di China setelah negara-negara Asia memborong dari AS setidaknya empat kargo tanaman itu untuk pakan ternak.

Langkah ini juga menyoroti bahwa China akan membeli barang-barang pertanian AS sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase satu yang disepakati pertengahan bulan lalu.

Pasokan sorgum AS diketahui jauh lebih murah daripada pasokan dari saingan produsen Australia, di mana kekeringan telah menaikkan harga. Selain itu, ada juga tanda-tanda pembelian kedelai, dengan pengiriman dari Amerika Selatan, masih dengan biaya yang relatif lebih rendah. Hal yang sama berlaku untuk gandum. China baru-baru ini mengambil beberapa kargo gandum Prancis, yang termurah di dunia.

Harga rendah untuk sorgum Amerika mendorong negara Asia untuk membeli sekitar 232.000 metrik ton sejak pertengahan Januari lalu. Data Departemen Pertanian AS menunjukkan, transaksi ini terjadi sebelum kesepakatan perdagangan antara Washington dan Beijing mulai berlaku pada pertengahan Februari.

Sebelumnya diketahui, China sepakat untuk membeli produk pertanian AS senilai US$36,5 miliar tahun ini. Namun, penyebaran virus corona telah memicu spekulasi bahwa Beijing akan memunculkan klausul yang memungkinkannya untuk menunda kesepakatan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper