Stimulus Ekonomi China
Bisnis.com, JAKARTA - Menghadapi potensi perlambatan ekonomi akibat virus corona, China tidak tinggal diam.
Selain memastikan kondisi warganya aman, China menggulirkan paket stimulus fiskal dan moneter untuk mengamankan ekonominya.
Pasalnya, Partai Komunis China yang berkuasa menginginkan negara itu tetap memenuhi target ekonomi tahun ini, termasuk pertumbuhan produk domestik bruto 6%.
Oleh karena itu, para pembuat kebijakan di Negeri Tirai Bambu ini harus bekerja keras.
“Negara harus mengambil pandangan jangka panjang dan mengambil langkah tegas untuk menerapkan pemotongan pajak dan biaya,” ujar Menteri Keuangan China Liu Kun, dilansir Bloomberg, Senin (17/2).
Beijing akan mengurangi atau mengecualikan pajak pertambahan nilai (PPN) perusahaan yang selama ini memasok barang kebutuhan pokok dan logistik serta memompa dana lebih banyak kepada pemerintah daerah.
Baca Juga
Dengan produksi yang belum pulih, peningkatan stimulus diperlukan untuk memastikan pertumbuhan yang stabil dapat memperlebar defisit anggaran.
Langkah ini diikuti, bank sentral China yang memperbesar dosis stimulus moneter dengan menyuntikkan dana jangka pendek 100 miliar yuan (US$14 miliar) untuk kontrak 7-day reverse repurchase.
People’s Bank of China pun menginjeksi likuiditas senilai 200 miliar yuan (US$29 miliar) melalui fasilitas pinjaman jangka menengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel