Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Paket Ekonomi Antivirus Corona dari China hingga Tanah Air

Akibat transmisi virus corona yang cepat, ekonomi China dan sejumlah negara Asia di atas dapat ikut terjangkit. Berikut ini langkah-langkah sejumlah negara untuk menjaga ekonominya dari serangan virus mematikan tersebut.
Pengemudi taksi memakai pakaian pelindung khusus berada di depan area perumahan setelah wabah virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Foto diambil (28/1/2020). China Daily via Reuters
Pengemudi taksi memakai pakaian pelindung khusus berada di depan area perumahan setelah wabah virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Foto diambil (28/1/2020). China Daily via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Tidak China, World Health Organization (WHO) atau negara lain di dunia yang dapat memprediksi kapan krisis virus corona atau Covid-19 berakhir.

Dari data terakhir, hari ini (21/2/2020), sebanyak 76.738 orang telah terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia dan mayoritas 75.465 pasien berada di China.

Sementara itu, korban jiwa telah mencapai 2.247 orang di seluruh dunia dan 2.236 korban jiwa tercatat ditemukan di China.

Setelah China, Korea Selatan, Jepang dan Singapura mencatat jumlah temuan kasus terbanyak, yakni masing-masing 156 kasus, 97 kasus dan 85 kasus.

Negara Asia lainnya seperti Hong Kong dan Thailand juga memiliki jumlah kasus yang tidak sedikit, yakni masing-masing sebesar 69 dan 35 kasus hingga 21 Februari 2020.

Perlu diketahui, Covid-19 tidak hanya menyerang manusia.

Akibat transmisi virus yang cepat, ekonomi China dan sejumlah negara Asia di atas dapat ikut terjangkit. Ketika penyebaran virus corona meluas, aktivitas ekonomi - perdagangan, manufaktur, perkantoran bahkan transportasi - hampir berhenti total.

Alhasil, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan potensi revisi pertumbuhan ekonomi global berkisar 0,1 persen sampai 0,2 persen akibat Covid-19.

Menurut data Bloomberg, ekonomi China yang merupakan menyumbang 17 persen terhadap PDB dunia hany akan 4,5 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal I/2020 atau turun drastis dari 6 persen pada akhir 2019.

Angka ini akan menjadi pertumbuhan terendah sejak 1992.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Selanjutnya
Stimulus Ekonomi China
Penulis : Hadijah Alaydrus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper