Bisnis.com, JAKARTA - HSBC Holdings Plc. berencana memangkas hingga 35.000 staf demi meningkatkan efisiensi hingga US$7,3 miliar.
Tak hanya itu, bank asal Inggris ini juga menargetkan pemangkasan biaya senilai US$4,5 miliar dari unit-unit yang berkinerja buruk di Amerika Serikat dan Eropa.
Pada saat yang sama, HSBC bakal mengakselerasi investasi di Asia, meski saat ini dihantam risiko demonstrasi di Hong Kong dan wabah virus corona di China.
“Sebagian bisnis kami tidak memberikan profit yang kami harapkan. Kami akan memangkas karyawan mendekati angka 200.000 orang,” kata Noel Quinn, plt CEO HSBC, dilansir Bloomberg, Selasa (18/2/2020).
Bahkan, dia memperkirakan jumlah staf HSBC bisa berkurang hingga 15 persen dalam waktu tiga tahun ke depan. Efisiensi bisnis tersebut akan berdampak pada lini bisnis investasi perbankan di Eropa dan Amerika Serikat, terutama di bisnis pendapatan tetap.
Berdasarkan rencana baru perusahaan ini, aset yang terkait dengan operasi perdagangan bakal dipangkas separuhnya. Bank ini juga berencana memacu jaringan ritelnya sebesar 30 persen.
Baca Juga
Saham HSBC merosot lebih dari 5 persen di perdagangan saham London, penurunan paling tajam selama 3 tahun dan penurunan terbesar di antara perbankan di Eropa. HSBC tercatat menunda pembelian saham kembali pada 2020 dan 2021 karena fokus melakukan restrukturisasi organisasi.
“Strategi itu sangat menarik tetapi terlalu konservatif,” kata Kepala Investasi Coutts & Co. Alan Higgins.
Bank itu akan fokus menajamkan unit investasi perbankannya di Asia dan Timur Tengah. Kendati demikian, pertanyaan mengemuka terkait kecilnya profit yang didapat ketika jor-joran menggarap kedua pasar tersebut.