Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah China berjanji untuk mengucurkan stimulus yang lebih efektif, meski dikhawatirkan bakal memperlebar defisit fiskal.
Upaya tersebut harus dilakukan karena wabah virus corona (Covid-19) telah menekan pertumbuhan ekonomi di tengah terus naiknya jumlah kasus penularan dan korban meninggal.
Menteri Keuangan China Liu Kun mengatakan pihaknya berkomitmen terus menyempurnakan kebijakan stimulus tahun ini dengan memangkas pajak perusahaan dan memotong pengeluaran pemerintah yang tidak diperlukan.
Wabah virus corona dan meluasnya lokasi penyebaran virus telah menekan pertumbuhan ekonomi China serta negara-negara lainnya. Pada saat yang sama, Sekretaris Finansial Hong Kong Paul Chan mengemukakan Hong Kong bakal mengalami defisit fiskalpada tahun mendatang.
Tak jauh berbeda dengan Hong Kong, Singapura bakal mempresentasikan anggaran tahunnya, yang diperkirakan menunjukkan defisit fiskal terbesar selama dua dekade.
Pemerintah China menghadapi tren perlambatan pendapatan, bahkan sebelum wabah virus menghantam negeri itu dan membuat hampir semua pengusaha menutup usahanya. Berdasarkan analisis anggaran yang dianalisis Blomberg, mayoritas pemerintah lokal memproyeksikan pendapatan tumbuh dengan laju yang lambat tahun ini dibandingkan rata-rata tahunan pada 2019.
Baca Juga
“Ketika penghimpunan pajak dan biaya mungkin akan meningkatkan tantangan jangka pendek, China harus mengimplementasikan program jangka panjang dan membuat langkah cepat untuk menerapkan pemotongan pajak dan biaya,” jelas Liu, dikutip dari Bloomberg, Minggu (16/2/2020).