Bisnis.com, JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) mulai Senin (10/2/2020) hingga Rabu (12/2/2020) menggelar Kongres ke-5 di Kendari. Salah satu agenda kongres adalah memilih ketua umum untuk lima tahun ke depan di tengah berbagai dinamika internal partai terkait hasil Pemilu 2019.
Kalau Partai Golkar baru saja memilih Ketua Umum Airlangga Hartarto secara aklamasi sebagaimana halnya PKB, Nasdem, PDI Perjuangan dan Hanura, PAN masih sulit untuk ditebak. Soalnya, partai berlogo matahari yang lahir paling awal di Era Reformasi tersebut tidak punya sejarah dua masa jabatan ketua umum.
Akan tetapi, partai ini pernah memilih nakhodanya secara aklamasi ketika Kongres ke-III di Batam pada 2010. Hatta Rajasa terpilih menjadi ketua umum PAN menggantikan Sutrisno Bachir saat itu, meski istilah yang dimunculkan adalah konsensus, bukan aklamasi.
Di sinilah menariknya Kongres ke-5 PAN di Sulawesi Tenggara yang tengah berlangsung saat ini. Apalagi, sulit untuk dipungkiri kalau para mantan ketua umum tidak punya pengaruh dan kepentingan terhadap kongres mengingat politik merupakan bentuk pengejawantahan dari kekuasaan dan kepentingan.
Ingat! Ada sosok Amien Rais, Ketua Umum Pertama PAN yang tidak bisa diabaikan dan sering menjadi penentu dalam setiap pemilihan pemimpin partai yang didirikannya pada 1998 tersebut.
Baca Juga
Bakal Calon Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo (tengah) menyerahkan formulir pendaftaran Caketum PAN periode 2020-2025 kepada Sekretaris Panitia Pengarah Kongres V PAN Saleh Daulay (kanan) dan anggota Euis Fety, di Jakarta, Sabtu (8/2/2020). Kongres V PAN akan diselenggarakan pada 10-12 Februari 2020 di Kendari, Sulawesi Tenggara dengan agenda pemilihan Ketua Umum PAN periode 2020-2025./Antara
Petahana dan 3 Caketum PAN
Setidaknya, sudah ada empat kandidat yang disebut-sebut akan maju sebagai calon ketua umum PAN, termasuk petahana Zulkifli Hasan (Zulhas) yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua MPR.
Selain Zulhas, nama Asman Abnur yang merupakan mantan Menteri Penertiban Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) turut meramaikan gelanggang kontestasi politik internal PAN.
Demikian juga dengan Mulfachri Harahap dan ekonom Drajat Wibowo yang sama-sama pernah menjadi Ketua Fraksi PAN di DPR. Keduanya sudah mulai menggalang dukungan di luar maupun di dalam arena kongres.
Kalau menggunakan hitungan di atas kertas, mestinya Zulhas sebagai inkumben memiliki peluang paling besar untuk berkuasa kembali. Semua kekuatan dan jaringan ada di tangannya. Apalagi, Zulhas menjalani peristiwa politik pemilu legislatif dan pemilu presiden yang memberinya banyak kesempatan untuk melakukan konsolidasi internal.
Akan tetapi, pemilu serentak tersebut tampaknya tidak berpihak pada Zulhas. Dia dianggap gagal memimpin PAN selama lima tahun terakhir terutama dalam menghadapi Pemilu 2019.
Banyak kader yang mempersoalkan perolehan kursi PAN di DPR pada pemilu 2019 lalu. Maklum, dari 49 kursi yang diraih PAN pada Pemilu 2014, kini merosot menjadi 44 kursi pada pemilu terakhir 2019.
Polisisi inilah yang menjadi dilematis bagi para pendukung Zulhas untuk mendudukkan kembali politisi asal Lampung tersebut sebagai pemimpin. Apalagi, dua partai pengusung Prabowo-Sandi mengalami kenaikan jumlah kursi. Partai Gerindra naik dari 73 kursi jadi 78 kursi, sedangkan PKS naik dari 40 kursi jadi 50 kursi pada saat yang sama.
Sejumlah pertanyaan sumbang pun muncul dari kalangan internal. Di tengah eforia dan soliditas umat Islam yang ditandai dengan persitiwa 212, mengapa justru suara PAN yang turun?
Pertanyaan inilah yang sulit untuk dipertanggungjawabkan oleh Zulhas di arena kongres nantinya. Bisa jadi faktanya ini akan dijadikan anak panah bagi kubu lawan untuk menyerang Zulhas, baik kubu Asman Abnur, Mulfachri Harahap maupun Drajat Wibowo.
Bakal Calon Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo (kiri) menjawab pertanyaan disela penyerahan formulir pendaftaran Caketum PAN periode 2020-2025 di Jakarta, Sabtu (8/2/2020). Kongres V PAN akan diselenggarakan pada 10-12 Februari 2020 di Kendari, Sulawesi Tenggara dengan agenda pemilihan Ketua Umum PAN periode 2020-2025/Antara
Tradisi Satu Periode Kepemimpinan
Sebagai partai yang diklaim lahir dari rahim reformasi, PAN memang relatif lebih demokratis dibandingkan sejumlah parpol lainnya yang cenderung feodalistik.
PAN telah membuktikan ketua umum memimpin satu periode mulai dari Amien Rais hingga Zulhas, meski hal itu bukalah sebuah aturan.
Tradisi inilah yang agaknya dijaga pada umumnya oleh kader PAN, karena dinilai baik sebagai proses regenerasi dan kaderisasi yang sehat. Teori yang menyebutkan bahwa kekuasan cenderung korup dan kekuasan mutlak akan korupsi secara mutlak, agaknya cocok dengan pola kepemimpinan politik di partai ini.
Belum lagi desas-desus dari sebagian kalangan politisi bahwa Zulhas telah membangun partai dengan pola sentralistik, terutama dalam penentuan calon kepala daerah, meski sejumlah partai lain juga melakukan hal yang sama.
Kalau serangan itu diarahkan kepada Zulhas, ditambah dengan pemanggilan oleh Komisi Pemberantasan Koruspi (KPK) sebagai saksi terhadap Zulhas yang terkait dengan pemberian izin usaha kehutanan semasa menjadi Menteri Kehutannan dan Lingkungan Hidup, maka siap-siap saja PAN memiliki pemimpin baru nantinya.
Hanya saja politik memiliki logikanya sendiri mengingat di dalam politik banyak varian dan variabel yang dinamis. Tidak ada yang mutlak.
Semua kemungkinan tetap terbuka. Apalagi demokrasi di Indonesia cenderung dikendalikan oleh faktor uang. Elektabilitas lebih sering dikendalikan oleh ‘isi tas’ atau uang ketimbang kapabilitas dan integritas.
Peran Istana, Amien Rais, Hatta Rajasa
Jika Zulhas tidak dikehendaki kader, lalu peluang siapa yang lebih besar sebagai peggantinya?
Ada dua nama yang nampaknya semakin menguat suaranya yaitu Asman Abnur dan Mulfachri Harahap, meski nama Drajat Wibowo tak bisa dianggap remeh.
Nama Asman mulai mencuat setidaknya sejak dirinya mundur dari menteri kabinet atas alasan etika politik ketika PAN lebih memilih mendukung pasangan Capres Prabowo-Sandi. Amien Rais pun tidak banyak berkomentar meski sulit untuk dibantah kalau tokoh reformasi itu tidak mendukung capres Jokowi saat Pilpres 2019.
Tidak hanya lebih populer karena pernah jadi menteri, putra berdarah Minang itu lebih diuntungkan karena lebih diterima oleh pihak Istana. Maklum Asman pernah menjadi anak buah Jokowi pada posisi cukup strategis sebagai menteri yang mengurusi soal birokrasi pemerintahan.
Meski PAN berada di luar pemerintahan, namun kalau melihat fenomena lima partai sebelumnya yang mengadakan kongres, maka Asman punya peluang cukup besar.
Pasalnya, dia punya cukup kedekatan dengan pihak Istana sebagaimana juga halnya dengan Airlangga Hartarto (Gokar), dan para ketua umum lainnya seperti Muhaimin Iskandar (PKB), Surya Paloh (Nasdem), Megawati Sukarnoputri (PDI Perjuangan) dan Oesman Sapta Odang (Hanura).
Amien pun pernah berujar agar ‘pihak ketiga’ tidak ikut-ikutan dalam kongres meski tidak secara langsung menyebut pihak Istana.
Konon, Hatta Rajasa juga lebih cenderung mendukung Asman ketimbang tiga kandidat lainnya.
Sedangkan di kubu lain, Mulfachri Harahap juga punya keuntungan karena mendapat dukungan langsung dari Amien Rais. Bahkan, tokoh yang dianggap paling kuat pengaruhnya selama ini di PAN tersebut dikabarkan memberikan dukungan total pada Mulfachri.
Dukungan dari Amien itu diakui oleh Mulfachri sendiri kepada wartawam. Dia mengatakan dukungan itu diberikan Amien setelah melalui diskusi panjang.
"Dukungan Pak Amien kepada saya itu dukungan yang sifatnya sangat rasional. Jadi Pak Amien tidak ujug-ujug mendukung saya," kata Mulfachri Sabtu (8/2/2020) di Kantor Sekretariat DPP PAN.
Tentu dukungan Amien tidak gratis karena dalam politik ada kepentingan yang ditransaksikan.
Mulfachri pun dengan percaya diri mengatakan akan maju bersama Hanafi Rais yang merupakan putra Amien Rais untuk digandeng sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) pada Kongres ke-5 PAN. Hanafi Rais saat ini merupakan Wakil Ketua Komisi I DPR.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (tengah) berfoto bersama dengan Ketua Majelis Kehormatan Amien Rais (kiri), politikus PAN Hanafi Rais (kedua kiri), Asman Abnur (kanan), dan Mulfachri Harahap (kedua kanan) saat hadir pada acara Rakernas V PAN di Jakarta, membahas pelaksanaan Kongres PAN. /Antara
Duel Asman vs Mulfachri
Jika Zulhas nantinya benar-benar tidak dikehendaki untuk dua kali memimpin PAN, maka kongres kali ini akan menjadi duel antara Asman Abnur dan Mulfachri Harahap tanpa mengenyampingkan Dradjat Wibowo yang diklaim oleh pendukungnya telah mendapat dukungan.
Drajat memang hampir setiap kongres maju sebagai kandidat ketua umum, namun sosok yang lebih dikenal sebagai akademisi ketimbang politisi itu selalu kalah di menit-menit terakhir babak pertarungan. Atau, bisa juga Drajat tidak punya ‘isi tas’ yang lebih berat dari para kandidat lainnya.
Akan tetapi, siapapun yang akan terpilih menjadi ketua umum PAN, yang jelas rakyat hanya berharap kontribusi partai biru tersebut untuk bangsa ke depan harus lebih besar.
Terlepas apakah PAN akan mencatat sejarah baru dengan dua periode kepemimpinan ketua umum, atau sebaliknya akan muncul nakhoda baru, partai harus mampu menarik garis yang tegas antara berada di luar pemerintahan atau di dalam pemerintahan tanpa mengurangi kontribusi terhadap demokrasi. Selamat berkongres!