Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peta Jalan Damai ala Trump dan Sikap Indonesia

Inisiatif Trump itu telah lama ditunggu-tunggu kedua pihak selain oleh dunia internasional dan kelompok kepentingan lainnya, terutama di kawasan Timur Tengah.
Penasihat Senior Gedung Putih Ivaka Trump berdiri di samping plakat peresmian Kedutaan Besar AS di Yerusalem, Israel,  Senin (14/5)./Reuters
Penasihat Senior Gedung Putih Ivaka Trump berdiri di samping plakat peresmian Kedutaan Besar AS di Yerusalem, Israel, Senin (14/5)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump akhirnya mengumumkan upaya terakhir diplomasinya yang disebut dengan “peta jalan damai” Israel-Palestina  menjelang akhir Januari 2020.

 Inisiatif  Trump itu telah lama ditunggu-tunggu kedua pihak selain oleh dunia internasional dan kelompok kepentingan lainnya, terutama di kawasan Timur Tengah. Kompleksitas atas hubungn Israel-Palestina yang bersengketa sudah seperti lingkaran setan yang sulit untuk diputus.

Maklum, isu Israel-Palestina telah menjelma seolah-olah menjadi isu sepanjang zaman yang tidak ada matinya. Isunya tidak saja menyangkut urusan dunia dan sejarah masa lalu, tetapi juga urusan non-duniawi yang melibatkan kitab suci.

Akan tetapi, apa yang diumumkan Trump tersebut bukannya menyelesaikan persoalan yang sangat pelik dan memakan korban jutaan orang. Apalagi, pengumuman di Gedung Putih itu hanya dihadiri oleh Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu selain sejumlah pejabat AS dan Israel.

Tentu tidak ketinggalan menantu Trump yang berdarah Yahudi, Jared Kushner. Dia adalah salah seorang penggagas proposal tersebut yang juga turut menghadiri pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem yang memicu kontroversi internasional.

Sedangkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak hadir saat pengumumakn itu disampaikan. Tentu apa yang dilakukan Abbas adalah sebagai bentuk sikap mewakili pemerintah dan rakyatnya. Dia mengambil sikap tegas atas peta yang dirancang Trump itu.

Artinya, peta itu telah menjadi keputusan sepihak kalau tidak mau disebut keputusan kolusi bersama Amerika Serikat-Israel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper