Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konflik Gajah dan Manusia di Aceh Meningkat, 38 Ekor Mati

Konflik satwa gajah dengan manusia dinilai makin meningkat di wilayah Aceh. Kondisi itu turut mengancam kelangsungan habitat hewan tersebut.
Kawanan gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) liar berada di kebun warga di Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Minggu (10/2/2019)./ANTARA-Irwansyah Putra
Kawanan gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) liar berada di kebun warga di Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Minggu (10/2/2019)./ANTARA-Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Konflik satwa gajah dengan manusia dinilai makin meningkat di wilayah Aceh. Kondisi itu turut mengancam kelangsungan habitat hewan tersebut.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto mengatakan habitat gajah semakin berkurang akibat konflik tersebut.

Selain itu, 85 persen populasinya berada di luar Kawasan konservasi, bahkan sudah berada di luar Kawasan hutan.

“Konflik satwa tidak terlepas [karena] habitat sudah terganggu,” kata Agus melalui keterangan resmi Forum Jurnalis Lingkungan, di Banda Aceh, Jumat (17/1/2020).

Berdasarkan data BKSDA Aceh, konflik gajah di Aceh selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada 2015 lalu 39 kali konflik naik pada 2016 menjadi 44 kali.

Angka itu meningkat menjadi 103 kasus pada 2017. Jumlah tersebut sempat turun 73 kasus pada 2018. Namun kembali meningkat pada 2019 sebanyak 107 kasus.

“Konflik satwa semakin meningkat selama 5 tahun terakhir. Meningkat ini juga ditambah tidak ada strategi khusus penanganan konflik,” terangnya.

Adapun, setidaknya tercatat 38 ekor gajah mati selama 2016 hingga 2020. Penyebab kematian gajah 74 persen karena konflik, 14 persen perburuan dan 12 persen mati alami.

Terakhir kali, ditemukan tulang-belulang 5 ekor gajah di Gampong Peuriya, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya pada 1 Januari 2020.

Bangkai gajah itu ditemukan dalam kebun sawit milik warga. Gajah diduga mati akibat tersengat arus listri, karena di lokasi ditemukan kabel listrik terpasang setinggi 1,5 meter.

Sementara itu, Kabid Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Muhammad Daud membantah adanya pembiaran terhadap perlindungan satwa liar di Aceh.

Pemerintah menyebut sudah membuat sejumlah regulasi, termasuk qanun Pengelolaan Satwa Liar yang masih menunggu penomoran dari Kemendagri.

“Tidak benar ada pembiaran, pemerintah sudah membuat sejumlah regulasi,” jelasnya.

Di sisi lain, Koordinator FJL Aceh Afifuddin berharapkan, seluruh pemangku kepentingan dapat terlibat mencegah konflik satwa. Tidak hanya dibebankan kepada BKSDA, tetapi butuh keterlibatan para pihak agar satwa yang dilindungi itu tidak punah masa akan datang.

“Butuh banyak orang terlibat dalam mencegah konflik satwa, terutama gajah di Aceh,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper