Bisnis.com, JAKARTA – Argentina menaikkan pajak ekspor pada Sabtu (14/12/2019) untuk menopang pendanaan pengeluaran di bawah Presiden baru Alberto Fernandez.
Dilansir Bloomberg, produsen tepung olahan dan minyak kedelai terbesar di dunia ini mengganti pungutan 4 peso per dolar untuk ekspor dengan tarif tetap sebesar 9 persen.
Namun dokumen itu tidak menyebutkan kedelai dalam daftar produk. Hal ini membuat Eugenio Irazuegui, kepala penelitian di Enrique Zeni, menafsirkan bahwa minyak nabati serta biji-bijian seperti jagung dan gandum akan kembali dikenakan tarif 12 persen seperti yang sebelumnya berlaku.
Karena kedelai dan produk kedelai olahan sudah memiliki tarif tambahan 18 persen, itu berarti ekspor akan dikenakan pajak total sebesar 30 persen.
Kelompok produsen dan eksportir Ciara-Cec, yang anggotanya termasuk raksasa perdagangan pertanian ABCD, mengonfirmasi bahwa kedelai akan dikenakan biaya 30 persen, sedangkan jagung dan gandum sebesar 12 persen.
Ketika mantan pemimpin Cristina Fernandez de Kirchner, musuh petani dan sekarang wakil Alberto Fernandez, meninggalkan kepresidenan pada tahun 2015, ekspor kedelai dikenakan pajak hingga 35 persen, sedangkan jagung 20 persen dan gandum 23 persen.
Baca Juga
Pemerintah mengatakan langkah tersebut sangat mendesak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fiskal pemerintah.
Fernandez mulai menjabat pada 10 Desember di tengah krisis ekonomi yang parah, dan pembicaraan dengan pemegang obligasi dan Dana Moneter Internasional. IMF telah menyalurkan pinjaman kepada Argentina hampir menyentuh batas kredit US$56 miliar.
Fernandez mengatakan negara tidak dapat memenuhi kewajiban utangnya jika ekonomi tidak tumbuh.
Fernandez mengatakan bahwa petani tidak boleh terguncang oleh kenaikan tersebut dan menjelaskan bahwa ia hanya menaikkan tarif sedikit di bawah tarif setahun yang lalu, ketika sistem 4 peso per dolar berlaku.