Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Softbank Bakal Jual Saham Alibaba untuk Pendanaan Buyback

Menurut analis Jefferies Group, Atul Goyal, Son kemungkinan akan menjual saham Softbank di Alibaba untuk membantu pendanaan buyback, yang kesekian kalinya, dalam upaya untuk meningkatkan saham SoftBank.
Presiden Softbank Corp Masayoshi Son berbicara selama konferensi pers di Tokyo 30 April 2013. REUTERS / Yuya Shino
Presiden Softbank Corp Masayoshi Son berbicara selama konferensi pers di Tokyo 30 April 2013. REUTERS / Yuya Shino

Bisnis.com, JAKARTA - Keterpurukan yang dialami saha Softbank Group Corp. dapat mendorong Masayoshi Son untuk memainkan kartu asnya, dengan menguangkan sebagian sahamnya di Alibaba Group Holding Ltd.

Menurut analis Jefferies Group, Atul Goyal, Son kemungkinan akan menjual saham Softbank di Alibaba untuk membantu pendanaan buyback, yang kesekian kalinya, dalam upaya untuk meningkatkan saham SoftBank.

"Cukup mengejutkan bahwa saham raksasa teknologi Jepang ini merana meskipun memiliki saham besar di Alibaba," tulis Goyal dalam sebuah catatan, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (10/12/2019).

Dia menambahkan saham perusahaan telah mengalami decoupling, atau terpecah, dan Softbank hanya melihat sedikit keuntungan dari saham mereka.

Saham SoftBank naik 16% tahun ini, sedangkan Alibaba melonjak 45%. Kapitalisasi pasar SoftBank berada pada kisaran sebesar US$82 miliar, meskipun nilai sahamnya di Alibaba mencapai sekitar US$128 miliar.

Pada Februari, Softbank mengumumkan rekor buyback sebesar 600 miliar yen atau senilai US$5,5 miliar yang mendongkrak nilai sahamnya pada level tertinggi pada April.

Namun sejak saat itu, saham perusahaan telah berangsur-angsur kehilangan sebagian besar keuntungannya.

Investor dibuat khawatir oleh penurunan yang terjadi di Uber Technologies Inc. pasca penawaran umum perdana pada Juni dan krisis di WeWork yang memaksa Softbank memberikan bailout.

Kinerja buruk dari dua investasi Son tersebut mengundang pertanyaan terkait pendekatannya dalam pembuat kesepakatan, saat dirinya sedang berupaya untuk mendirikan penerus Vision Fund miliknya yang memiliki nilai sebesar US$100 miliar.

Harga saham Softbank saat ini berada jauh di bawah harga rata-rata yang dibayarkan pada buyback pada awal tahun 2019.

"Kami tidak akan terkejut jika Softbank Group akan melanjutkan buyback mungkin pada Februari 2020 dengan menjual beberapa saham lagi di Alibaba," kata Goyal.

Menurutnya, penjualan sebagian saham Softbank di raksasa e-commerce China pada awal tahun ini dan menggunakan saham di Alibaba sebagai jaminan pinjaman menunjukkan keseriusan Son dalam langkah ini.

Selain untuk mendanai buyback, sisa dana yang didapatkan dapat digunakan sebagai sumber investasi Vision Fund kedua.

Menanggapi kritik tentang keenganannya untuk melakukan langkah investasi exit yang sukses, pada Juni 2016 Son mengungkapkan rencana untuk menjual 73 juta Saham Depositari Amerika di Alibaba.

Transaksi yang kompleks dan terstruktur dilakukan agar dia dapat mempertahankan beberapa kenaikan jika saham menguat, prosesnya butuh waktu 3 tahun untuk diselesaikan.

SoftBank membukukan 1,2 triliun yen dalam laba sebelum pajak dari kesepakatan itu dan masih memegang sekitar 26% saham Alibaba.

Dengan investasi awal sebesar US$20 juta pada 2000, saham Alibaba sekarang bernilai lebih dari kapitalisasi pasar perusahaan Jepang itu.

Jack Ma, miliarder pendiri Alibaba, mengatakan pada awalnya Son berniat untuk melakuka investasi sebesar US$50 juta tetapi menurutnya angka tersebut terlalu besar.

Son kemudian menyuntikkan dana dalam jumlah besar ke perusahaan rintisan lain, yakni WeWork.

Kegagalan rencana penawaran saham perdana WeWork beberapa bulan lalu memaksa Softbank untuk mengeluarkan bantuan dan pada saat yang sama Son menemukan ketidakseimbangan dalam manajemen yang dikuasai oleh Adam Neumann.

Bertemu pada awal Desember di Universita Tokyo, Son dan Ma berada pada titik divergensi dalam karir mereka.

Ma yang berusia 55 tahun memutuskan untuk pensiun sebagai ketua eksekutif Alibaba pada bulan September dan Son berjanji untuk menghabiskan dekade keenamnya di pucuk tertinggi perusahaan investasinya.

"Son mungkin memiliki nyali terbesar di dunia dalam melakukan investasi," kata Ma kepada peserta konferensi, dikutip melalui Reuters.

"Terlalu banyak nyali, kadang-kadang saya kehilangan banyak uang," jawab Son.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper