Bisnis.com, JAKARTA -- Kamar Dagang Uni Eropa di China mengatakan bahwa perang dagang antara AS-China telah gagal mendorong bisnis keluar dari negeri bambu untuk kembali ke Amerika.
Hal ini sebagian besar disebabkan karena beberapa perusahaan berhasil menemukan cara untuk menghindari atau justru menanggung tarif di tengah sengketa yang berlarut-larut.
Publikasi survei yang dirilis Senin (9/12), menunjukkan bahwa konflik perdagangan telah memaksa beberapa perusahaan besar Eropa untuk memindahkan produksi, yang terikat dengan AS, dari China ke ekonomi-ekonomi berkembang di sekitarnya.
Lokasi produksi alternatif ini mencakup Asia Tenggara dan India, demi mengejar tenaga kerja murah dan fasilitas produksi yang setidaknya sama dengan di China.
"Itu artinya perusahaan hanya mengalihakan rute asal dan tujuan barang yang terikat dengan AS atau China untuk menghindari batasan tarif," tulis laporan tersebut, dikutip melalui Bloomberg, Senin (9/12).
Survei ini dilaksanakan pada 12-20 September dengan total 174 responden
Perusahaan yang lebih besar terpaksa menambah biaya marginal untuk mengatasi manuver tarif. Sementara perusahaan Eropa dan Amerika yang lebih kecil menggunakan modal sendiri atau mengganti pemasok.
Kelompok perdagangan, yang mewakili lebih dari 1.600 perusahaan Eropa, mengatakan bahwa meskipun beberapa perusahaan yang keluar dari China, yang lain justru memindahkan rantai pasokan mereka di daratan China untuk menghindari tarif.
"Perusahaan Eropa di China secara efektif mengeliminasi dampak tarif dalam waktu yang relatif singkat dan hanya memperjelas teori bahwa tarif bilateral di pasar global adalah langkah yang sia-sia," kata Joerg Wuttke, Ketua Kamar Dagang Uni Eropa di China.
Sekitar 8% dari responden mengatakan mereka telah pindah atau akan memindahkan produksi yang relevan keluar dari China sebagai akibat dari tarif, 6% dari mereka mengungkapkan sedang mempertimbangkan atau telah meningkatkan investasi di China, meningkat tajam dari 2% ketika disurvei di Januari.
Perusahaan-perusahaan Eropa yang lebih kecil, yang tidak dapat meningkatkan rantai pasokan global untuk menghindari biaya, juga telah mengadaptasi bisnis mereka untuk mengurangi dampak tarif, hasil survei menunjukkan.