Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

400 Demonstran Tewas, Ulama Desak Parlemen Tarik Dukungan kepada Pemerintah

Kondisi Irak kian memanas. Ulama senior Muslim Syiah Irak mengecam serangan terhadap demonstran dan mendesak anggota parlemen meninjau kembali dukungnya terhadap pemerintah.
Demonstran melakukan pembakaran di depan konsulat Iran ketika berkumpul selama protes anti-pemerintah yang berlangsung di Najaf, Irak 27 November 2019./Reuters
Demonstran melakukan pembakaran di depan konsulat Iran ketika berkumpul selama protes anti-pemerintah yang berlangsung di Najaf, Irak 27 November 2019./Reuters

Bisnis.com, BAGHDAD - Kondisi Irak kian memanas. Ulama senior Muslim Syiah Irak mengecam serangan terhadap demonstran dan mendesak anggota parlemen meninjau kembali dukungnya terhadap pemerintah. 

Ayatullah Ali al-Sistani menyampaikan pernyataannya setelah hari paling berdarah dalam beberapa pekan kerusuhan antipemerintah. Pada hari itu, pasukan keamanan menembak mati ratusan demonstran dan bentrokan di sejumlah provinsi selatan mulai meningkat.

"Pemerintah "tampaknya tak mampu mengatasi peristiwa selama dua bulan terakhir ... parlemen harus mempertimbangkan kembali pilihannya dan melakukan apa yang menjadi kepentingan Irak," kata wakil Sistani dalam khutbah yang disiarkan melalui TV, Jumat (29/11/2019).

Sistani mengatakan serangan terhadap aksi protes damai "dilarang" namun juga mendesak demonstran untuk menolak kekerasan, dua hari setelah massa membakar gedung Konsulat Iran di kota suci Najaf.

Massa "tidak boleh membiarkan demonstrasi damai berubah menjadi serangan terhadap orang maupun fasilitas," kata Sistani.

Pembakaran konsulat Iran di Najaf pada Rabu (27/11) memicu peningkatan kekerasan.

Pada Kamis (28/11), pasukan keamanan menembak mati 46 orang di kota selatan lainnya, Nassiriya, 12 di Najaf dan empat di Baghdad. Kejadian itu menambah jumlah korban tewas selama beberapa pekan kerusuhan menjadi sedikitnya 408 orang. Kebanyakan dari mereka adalah pengunjuk rasa tak bersenjata, menurut perhitungan Reuters dari sumber medis dan kepolisian.

Kerusuhan itu menjadi krisis terbesar di Irak selama beberapa tahun. Massa menuntut pengusiran elit penguasa yang didominasi Syiah dan didukung Iran, yang berkuasa sejak invasi pimpinan AS dan penggulingan Saddam Husein pada 2003.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper