Bisnis.com, JAKARTA -- Negosiasi Brexit antara Inggris dan Uni Eropa memasuki hari terakhir menjelang konferensi tingkat tinggi pemimpin Uni Eropa pada 17-18 Oktober.
Pertemuan ini akan menjadi KTT Uni Eropa pertama dan terakhir bagi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson jika kesepakatan Brexit dapat disetujui oleh 27 negara anggota lainnya dan parlemen Inggris sebelum tenggat waktu 31 Oktober.
"Pondasi dari perjanjian ini sudah siap dan secara teoritis kita bisa mencapai sebuah kesepakatan," kata Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, dikutip melalui Reuters, Kamis (17/10/2019).
Para pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa hampir semua perbedaan antara ekonomi terbesar kelima di dunia dan blok perdagangan terbesar terkait Brexit telah diselesaikan pada perundingan panjang di Brussels selama beberapa hari terakhir.
Namun, Johnson masih harus berjuan untuk memenangkan dukungan parlemen yang merasa dikecewakan dengan langkah penyelesaian isu perbatasan antara Irlandia, yang merupakan bagian dari Uni Eropa, dengan provinsi Irlandia Utara.
Jika Johnson gagal mendapatkan persetujuan di London, kemungkinan besar perdana menteri harus mengajukan penundaan dari tenggat waktu yang sudah ditentukan, menjadi lebih dari 3 tahun setelah Inggris mengadakan referendum untuk melepaskan diri dari Uni Eropa.
Di samping Brexit, para pemimpin juga akan menjawab tantangan lain yang dihadapi Uni Eropa, yang telah terpecah dalam beberapa tahun terakhir akibat eurocepticism dan kesenjangan ekonomi.
Mereka akan membahas krisis di Suriah yang disulut oleh serangan Turki terhadap pasukan Kurdi yang bersekutu dengan Amerika Serikat.
Awal pekan ini, Uni Eropa sepakat untuk membatasi ekspor senjata ke Turki karena langkah ofensifnya, tetapi keputusan tersebut dibatalkan dengan kekhawatiran embargo terhadap sekutu NATO mereka.
EKSPANSI UNI EROPA
Selain itu, KTT Uni Eropa juga akan membahas perbedaan terkait rencana ekspansi keanggotaan untuk pertama kalinya sejak 2013. Prancis sepakat bahwa Albania dan Makedonia Utara belum siap untuk memulai diskusi keanggotaan.
Paris mengatakan tantangan yang dihadapi Uni Eropa sudah terlalu banyak, termasuk Brexit, kemunculan China sebagai saingan strategis dan ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh Rusia, sehingga ini bukan waktu yang ideal untuk menerima dua anggota baru.
Apalagi, menurut mereka, kedua negara tersebut adalah kawasan bekas perang tahun 1990-an dan masih berjuang dengan isu kejahatan dan korupsi.
Masalah utama lain yang akan dibahas adalah anggaran Uni Eropa untuk 2021-2027, yang disebut Multiannual Financial Framework (MFF), dengan masalah terbesar bagaimana menutupi kekurangan dana setelah Brexit Inggris.
Negara-negara anggota belum menyetujui berapa banyak masing-masing anggota harus berkontribusi, diskusi ini menjadi semakin sulit dengan adanya proposal untuk mengakhiri sistem rabat, yang selama ini dinikmati Inggris.
"Ini bukan diskusi yang akan berakhir dengan konsesus, untuk pertama kalinya mereka akan membahas angka. Posisi [anggota] jelas, tetapi pasti ada perbedaan pendapat," ujar seorang diplomat senior Uni Eropa.
KTT ini juga akan menjadi kesempatan bagi para pemimpin Uni Eropa untuk menemukan titik temu mengenai iklim menjelang KTT Perseritkatan Bangsa-Bangsa di Chili pada Desember.