Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menghambat pertumbuhan awan dalam proses teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Yudi Anantasena menjelaskan penguapan air untuk membentuk awan dalam upaya hujan buatan menjadi terhambat oleh asap yang pekat. Oleh karena itu, selain menabur garam, BPPT telah menyarankan agar stakeholder yang berupaya menurunkan hujan di wilayah karhutla menggunakan kapur tohor atau kalsium oksida (CaO).
"Kita ingin buyarkan asap terlebih dahulu sehingga ada reaksi kimia, residu ke bawah, sehingga sinar matahari tembus. Sinar membuat penguapan air lancar," jelasnya di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (23/9/2019).
Adapun sejumlah wilayah sudah turun hujan dengan TMC ini.
"Kalbar sudah kita lakukan (TMC), beberapa tempat masih berat turun hujan. Sekecil apapun potensi awannya, akan kita semai dengan TMC," tambahnya.
Berdasar data Rainfall Accumulation from NASA IMERG, dari Jumat (20/9/2019) hingga Minggu (22/9/2019), hujan sudah mengguyur wilayah Kalimantan dan Sumatra, tepatnya di provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Aceh.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyebar 176.026 kilogram garam menggunakan empat helikopter dalam upaya TMC ini. Selain itu, 287,91 juta liter air juga dijatuhkan di lokasi yang terbakar.
Hingga hari ini, Senin (23/9/2019), tercatat masih ada 3.124 titik panas yang terpantau dari seluruh wilayah Indonesia.