Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah Malaysia menggunakan data dari Pusat Meteorologi Khusus Asean yang berbasis di Singapura untuk melayangkan protes terkait paparan kabut asap yang melanda negara tersebut.
Yeo Bee Yin, Menteri Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim Malaysia, mengatakan pihaknya menggunakan data Pusat Meteorologi Khusus Asean sebagai dasar dari surat protes yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
Stasiun cuaca yang berbasis di Singapura itu diklaim dapat melacak titik api dan kebakaran hutan di seluruh wilayah Asean.
Hasilnya, hanya ada 5 titik panas atau hot spot yang terdeteksi di Malaysia pada Kamis (12/9/2019), sedangkan di Indonesia terdapat lebih dari 1.500 titik panas di waktu yang sama.
“Data jelas menunjukkan bahwa kabut asap berasal dari Indonesia,” katanya dikutip dari Reuters, Kamis (12/9/2019).
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memang telah melayangkan surat khusus kepada Presiden Joko Widodo. Isi surat tersebut meminta Presiden Jokowi memperhatikan kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap.
Indonesia dan Malaysia memang kerap berselisih terkait sumber asap di daerahnya masing-masing.
Malaysia menilai kebakaran hutan banyak terjadi di beberapa bagian Sumatra dan Kalimantan sela lebih dari sebulan. Sementara Indonesia mengaku telah menerjunkan ribuan personel untuk memadamkan api di lahan yang terbakar.
Seringnya kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia membuat negara tetangga lebih waspada dan mengkhawatirkan kesehatan masyarakatnya, serta dampaknya bagi sektor pariwisata dalam negerinya.
Sementara itu, pejabat Indonesia kerap membantah laporan yang menyebut kebakaran hutan dan lahan di Sumatra serta Kalimantan sebagai penyebab utama kabut asap di negara tetangga.
Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, meminta Malaysia harus melihat persoalan tersebut lebih objektif, karena bisa saja kabut asap justru berasal dari kebakaran hutan di Malaysia.