Kabar24.com, JAKARTA—PM Inggris Boris Johnson mengatakan akan mengajukan mosi parlemen untuk mengadakan pemilu lebih awal setelah anggota parlemen memberikan suara menentang strategi Brexit dalam sebuah kemenangan telak.
"Saya sebenarnya tidak ingin pemilu jika anggota parlemen memilih besok untuk menghentikan perundingan dan tidak membuang-buang waktu yang tak ada gunanya demi Brexit, karena berpotensi berproses bertahun-tahun. Karena pemilu akan menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan ini," katanya kepada Majelis Rendah parlemen (House of Commons).
Baru enam minggu setelah menjabat, pemimpin Konservatif itu dilanda perlawanan kuat di antara anggota parlemennya sendiri yang membuat posisinya melemah di Majeis Rendah parlemen.
Mereka bergabung dengan anggota parlemen oposisi untuk memulai proses penyusunan undang-undang yang dimaksudkan untuk menghentikan Johnson membawa Inggris keluar dari UE pada 31 Oktober jika dia belum menyetujui kesepakatan dengan Brussels.
Perdana menteri telah memperingatkan bahwa siapa pun yang melawan akan diusir dari partai.
Mantan walikota London itu mengambil alih sebagai perdana menteri pada Juli lalu. Dia pendukung referendum untuk Brexit 2016. Posisi itu diambilnya setelah pendahulunya Theresa May menunda keluar dari Uni Eropa sebanyak dua kali.
Johnson mengatakan ingin menyetujui kesepakatan perpisahan dengan Brussels, tetapi mengatakan jika hal itu tidak mungkin maka Inggris harus meninggalkan Uni Eropa bulan depan.
Akan tetapi, belum ada negosiasi formal dengan UE dan anggota parlemen semakin khawatir terjadi perpisahan yang kacau. Mereka khawatir Inggris akan mengalami kerusakan ekonomi yang signifikan.
Ketegangan politik yang meningkat membuat poundsterling Inggris melemah ke level terendah kemarin terhadap dollar AS dalam hampir tiga tahun.
"Keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan sama sekali adalah opsi terburuk yang mungkin," kata John Wetherall, seorang pensiunan insinyur kimia yang membawa bendera Uni Eropa seperti dikutip ChannelNwsAsia.com, Rabu (4/9).