Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonomi Jerman tengah mengalami kesulitan yang berkepanjangan, sedangkan pemerintah setempat ragu apakah mereka akan mengeluarkan dukungan pertumbuhan dalam bentuk stimulus fiskal.
Pemerintah Jerman kini berada di bawah tekanan yang meningkat karena penyusutan ekonomi pada kuartal kedua serta risiko resesi yang semakin menguat.
Meski demikian, para pembuat kebijakan memilih untuk menunggu, mengingat bahwa penyebab kontraksi pertumbuhan sebagian besar merupakan faktor eksternal dan tidak jelas hingga seberapa jauh penurunan akan terjadi.
Kepala Ekonom Zona Euro di Pantheon Macroeconomics, Claus Vistesen mengatakan bahwa jika sektor manufaktor terjun bebas karena sejumlah mitra dagang berusaha untuk keluar dari risiko perang dagang maka tidak banyak yang dapat dilakukan.
"Pemerintah dapat memastikan bahwa ekonomi domestik tetap kuat, tetapi itupun masih ditutupi ketidakpastian," ujarnya seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (19/8/2019).
Selama 5 tahun terakhir pemerintah Jerman telah mencatatkan surplus anggaran dan memangkas beban utang ke level terendah sejak sebelum krisis keuangan, sehingga ada banyak ruang dalam anggaran yang dapat dibelanjakan.
Tabloid berita Jerman, Der Spiegel, pekan lalu menuliskan laporan yang menyatakan bahwa pemerintah siap dengan kemungkinan defisit jika ekonomi runtuh.
Oliver Rakau dari Oxford Economics mengatakan, jika situasi ekonomi menjadi semakin suram maka pemerintah harus menyiapkan aturan fiskal.
Menurut Rakau, bahkan jika langkah tersebut harus melanggar komitmen untuk menjaga keseimbangan anggaran, pembatasan utang konstitusional dapat menekan beban fiskal hingga 10 miliar euro atau senilai US$11 miliar.
Sementara itu, ekonom ING Carsten Brzeski, menuturkan bahwa melanggar sedikit aturan akan memungkinkan pemerintah menjalankan defisit sekitar 1,5% dari produk domestik bruto sebelum melanggar aturan Uni Eropa yang membatasi utang publik hingga 60% dari PDB.
Untuk saat ini, rencana awal Berlin tetap berlaku, di mana draf anggaran yang disetujui awal pekan lalu tidak melihat adanya utang baru sampai setidaknya 2021.
Pada saat yang sama, pemerintah telah menyiapkan anggaran lebih dari 150 miliar euro untuk infrastruktur, pendidikan, perumahan dan teknologi digital selama 4 tahun ke depan.
Menurut ekonom Berenberg, Florian Hense, hal itu akan memberikan dorongan terbesar bagi ekonomi Eropa hingga 0,4% dari PDB dan tampaknya cukup untuk saat ini.
"Jelas mereka harus sangat berhati-hati mengenai berapa banyak hambatan eksternal yang menyebar ke ekonomi domestik. Jika pengangguran meningkat maka kita mungkin memiliki masalah," kata Hense.
Christian Schulz, seorang ekonom di Citigroup, mengatakan Jerman dapat mengikuti langkah Inggris pada 2008 dan untuk sementara memotong pajak penjualannya guna meningkatkan konsumsi.
Menurutnya, langkah ini dapat bertindak sebagai pencegah penurunan yang lebih dalam.
Target pemerintah untuk menciptakan anggaran yang seimbang, black zero, sangat berisiko. Pemerintah Jerman terkendala untuk melakukan pengeluaran yang agresif dan sepertinya akan bertahan untuk beberapa waktu.
"Ada peluang bagus bahwa black zero akan hilang tahun depan karena asumsi pertumbuhan untuk anggaran terlalu optimistis. Mungkin akan ada stimulus, tetapi saya skeptis bantuan akan dikeluarkan dalam jumlah besar," ujar Schulz.