Bisnis.com, JAKARTA -- Kabareskrim Polri Komjen Pol Idham Aziz menginstruksikan tim penyidik untuk menyelidiki dugaan blackout yang terjadi di beberapa daerah pada pekan lalu, disebabkan oleh serangan siber dari dalam maupun luar negeri.
Dia berpandangan serangan siber dewasa ini tidak hanya dilakukan pelaku untuk melakukan tindak pidana penipuan dan narkotika, tetapi mulai mengarah kepada peretasan sistem kelistrikan. Sehingga, Idham mencurigai adanya serangan siber terkait blackout alias padamnya listrik di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Bali, yang terjadi pada Minggu (4/8/2019).
"Tantangan dan tugas kami ke depan itu lebih besar, adanya di dunia siber ini, teroris sudah mengarah ke siber, penipuan, narkoba bahkan mungkin juga blackout yang terjadi pada Minggu (4/8)," tuturnya, Rabu (14/8).
Menurut Idham, serangan siber terhadap kelistrikan tersebut sudah pernah terjadi di beberapa negara seperti di AS dan Inggris. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan terjadi juga di Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat pada pekan lalu.
"Saya sudah bilang ke direkturnya untuk dilidik apa ini hanya blackout biasa, atau ada hubungannya dengan kejahatan siber," tambahnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT PLN (Persero) Sripeni Inten Cahyani menjelaskan bahwa gangguan aliran listrik mulai terjadi pada Minggu (4/8) pukul 11.45 WIB lewat 27 detik di Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kV di Ungaran-Pemalang, Jawa Tengah.
Baca Juga
Titik gangguan awalnya terjadi di sirkuit 1. Kemudian disusul sirkuit 2. Pemadaman listrik disebut Sripeni disebabkan ketidakseimbangan sistem kelistrikan antara Jawa bagian barat dan Jawa bagian timur.
Setelah itu, terjadi penurunan tegangan yang menyebabkan jaringan SUTET Depok dan Tasikmalaya mengalami gangguan. Pada saat yang sama, listrik di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali tetap berjalan normal. Berikutnya, pada pukul 11.48 WIB, aliran listrik di DKI Jakarta mulai padam secara serentak.