Bisnis.com, JAKARTA – Juni tahun ini menjadi bulan paling panas seiring dengan perubahan iklim yang terus bergerak ke arah ekstrem.
Angka ini memecahkan rekor sebagai Juni terpanas yang sebelumnya terjadi pada 2016 dengan catatan kembali ke tahun 1880.
The National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan kelompok lainnya juga menyatakan bahwa bulan lalu merupakan Juni terpanas.
Eropa memecahkan rekor Juni terpanas sejauh ini, sedangkan rekor lainnya juga dicatatkan oleh Rusia, Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.
Prancis juga mencatatkan Juni paling panas sepanjang sejarah karena biasanya Juli lebih panas dibandingkan dengan Juni dan bukan sebaliknya.
Lain halnya dengan sejumlah negara, suhu di 48 negara-negara bagian di Amerika Serikat cukup normal.
"Bumi sedang mengalami demam yang tidak sembuh berkat perubahan iklim. Ini bukan musim panas terakhir yang akan mencatatkan suhu paling panas," kata klimatolog North Carolina, AS, Kathie Dello pada Sabtu (20/7/2019).
Tak hanya itu, ilmuwan Robert Rohdr juga mengungkapkan bahwa Juli akan mencatatkan rekor dengan suhu lebih hangat.
Amerika Serikat memecahkan rekor dengan curah hujan paling banyak. Juli 2018 - Juni 2019 merupakan periode paling basah sepanjang sejarah.