Bisnis.com, JAKARTA -- Perlambatan pertumbuhan ekonomi China makin meningkatkan fokus pada kebutuhan bank sentral di pasar negara berkembang untuk memangkas suku bunga acuan menyusul sinyal dovish dari Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan lalu.
Pemerintah China mengumumkan pertumbuhan produk domestik bruto pada kuartal II/2019 sebesar 6,2% secara tahunan, lebih lambat dari ekspansi pada kuartal sebelumnya sebesar 6,4%.
Ini juga merupakan laju yang paling lamban selama hampir 3 dekade terakhir, menggarisbawahi tekanan dari perang dagang.
Para investor saat ini tengah menunggu hasil dari pertemuan dewan gubernur bank sentral di Indonesia, Afrika Selatan dan Ukraina yang diagendakan akan berlangsung sepanjang pekan ini, yang seluruhnya diperkirakan melakukan pelonggaran.
Bahkan bank sentral Korea Selatan juga dikabarkan memiliki peluang untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
"Jalan panjang menuju kebijakan moneter EM yang lebih longgar sudah terlihat cukup jelas dan kami memperkirakan akan ada tren global yang mengikuti," ujar manajer keuangan Paul Greer dari Fidelity International, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (15/7/2019).
Greer menambahkan, perlambatan pertumbuhan dan perdagangan bukanlah kondisi yang tepat untuk menanti apresiasi pada mata uang negara berkembang.
Baca Juga
Kecenderungan volatilitas pada sejumlah mata uang dari negara berkembang menurun sejak pekan lalu ke level terendah dalam hampir 2 tahun terakhir.
Pada saat yang sama, imbal hasil rata-rata pada utang negara berkembang dalam denominasi mata uang lokal turun ke posisi terendah.
"Meskipun beberapa indikator ekonomi China menguat dan meredakan keresahan penurunan, tidak dipungkiri bahwa ekonomi global akan sulit untuk melarikan diri dari risiko perang perdagangan AS-China," tulis Managing Partner Stephen Innes di Vanguard Markets.
Kecenderungan dovish Bank Indonesia telah disampaikan sebelumnya oleh Gubernur Perry Warjiyo yang mengatakan bahwa penurunan suku bunga hanya tinggal masalah waktu dan besarannya.
Proyeksi pelonggaran lebih lanjut oleh Bank Indonesia telah menyebabkan reli pada benchmark obligasi pemerintah sejak akhir Mei.
Di Korea Selatan prediksi ekonom terpecah terkait kebijakan yang akan di ambil oleh bank sentral.
Sebanyak 8 dari 16 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga dari level yang dipertahankan hingga saat ini sebesar 1,75%, pada Kamis (18/7/2019).