Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Rouhani: Iran akan Tingkatkan Pengayaan Uranium Sesuka Hati

Iran mengancam akan meningkatkan pengayaan uraniumnya sesuka hati dan memulihkan reaktor nuklirnya, jika negara-negara Eropa yang turut menandatangani Perjanjian Nuklir Iran 2015 gagal menawarkan jaminan ekonomi hingga 7 Juli 2019.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran, sekitar 1.200 kilometer sebelah selatan Teheran./Reuters
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran, sekitar 1.200 kilometer sebelah selatan Teheran./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Iran mengancam akan meningkatkan pengayaan uraniumnya sesuka hati dan memulihkan reaktor nuklirnya, jika negara-negara Eropa yang turut menandatangani Perjanjian Nuklir Iran 2015 gagal menawarkan jaminan ekonomi hingga 7 Juli 2019.

"Jika Anda tidak memenuhi semua komitmen Anda sesuai dengan jadwal dan rencana, Republik Islam akan mengembalikan reaktor Arak ke kondisi sebelumnya," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/7/2019).

Dia menambahkan pihaknya akan meningkatkan level pengayaan uraniumnya di luar limit yang ditetapkan dalam Perjanjian Nuklir Iran 2015.

"Tingkat pengayaan kami tidak lagi di (konsentrasi) 3,67 persen. Kami mengesampingkan komitmen ini dan akan meningkatkan pengayaan sesuka kami," lanjutnya.

Di bawah kesepakatan internasional yang sudah berjalan empat tahun, Iran telah mengisi reaktor nuklir air berat di kota Arak dengan adonan beton sehingga tidak dapat menghasilkan plutonium dan memudahkan jalan menuju senjata nuklir.

Teheran telah berulang kali mengancam akan meninggalkan beberapa komitmen Perjanjian Nuklir karena sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, sejak AS meninggalkan pakta multilateral itu tahun lalu. Pada Senin (1/7), cadangan uranium pengayaan rendah (low-enriched uranium) Iran telah melebihi batas 300 kilogram yang diperkaya menjadi 3,67 persen.

Sementara itu, negara-negara Eropa, yakni Prancis, Jerman, dan Inggris, telah menawarkan sarana finansial yang disebut Instex (Instrument in Support of Trade Exchanges) kepada Iran. Instex dirancang untuk melindungi perdagangan dengan Iran, namun Iran mengatakan itu perlu disertai dengan suatu mekanisme untuk mengurangi sanksi Amerika atas pembelian minyak Iran agar efektif.

Adapun kesepakatan nuklir dibuat untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan penghapusan sebagian besar sanksi internasional yang dijatuhkan ke negara Timur Tengah itu. Pembicaraan mengenai program nuklir Iran memanas sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun lalu dan kembali memperketat sanksi Iran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper